Jakarta – Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleransi (Almagari) meminta pemerintah, agar memantau persoalan ancaman Negara Islam Indonesia (NII) di Garut, Jawa Barat, terutama menjelang tahun politik 2024 mendatang. Ketua Umum Almagari KH Abdul Mujib mengatakan, semangat kelompok radikalisme pengusung NII di Garut, terus bergerilya menarik pengikut sebanyak mungkin untuk mewujudkan tujuan mereka.
“Jika dibiarkan terus-menerus, akan terjadi bentrokan fisik di masyarakat terutama akar rumput masyarakat,” ujar Ceng Mujib, panggilan akrab Abdul Mujib, Senin (13/3).
Menurutnya, persoalan radikalisme pengusung NII bukanlah persoalan biasa. Pengikutnya terus menyuarakan berdirinya NII di Garut, dengan terus melakukan kampanye masif antarwarga.
Ceng Mujib kemudian mencontohkan ancaman bentrokan massa antara Almagari dan kelompok radikalisme dengan ribuan massa di Masjid Al-Jabar, Kecamatan Mekarmukti, menjadi bukti perlawanan mereka.
“Mereka saja yang jumlahnya sedikit merasa berani, apalagi kami yang jumlahnya lebih banyak, bisa lebih berani lagi,” ujar dia.
Untuk itu, di tengah persiapan pemerintah menghadapi tahun politik 2024 mendatang, tidak lengah terhadap pergerakan yang dilakukan kalangan radikalisme dalam rencana mendirikan NII di Garut itu.
“Negara harus hadir dan tidak boleh kalah oleh kelompok yang merongrong negara dan juga keutuhan bangsa,” kata dia.
Hal senada disampaikan pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan. Menurutnya, persoalan radikalisme di Garut lebih berbahaya dibanding kota lain di Indonesia.
“Wacana tentang pendirian khilafah-Negara Islam Indonesia sudah menjadi hal biasa di berbagai kalangan masyarakat Garut,” kata dia.
Kini mereka, ujar dia, dinilai lebih berani seiring hadirnya para ‘Haris’ atau petugas keamanan, yang direkrut dari preman kampung, yang memiliki semangat hijrah, tetapi minim wawasan kebangsaan.
“Ketika kami berkunjung Garut, kami mendapati Haris di beberapa tempat,” ujar Ken Setiawan.