Anaknya Ditangkap, Ayah Minhati Madrais Menghilang

Jakarta – Kabar penangkapan terhadap anaknya, Minhati Madrais, istri dari Omarkhayam Maute, salah seorang pentolan militan ISIS di Marawi, sangat mengejutkan dan mengecewakan ayahnya, KH Madrais Hajar. Peristiwa itu membuat pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal itu sulit ditemui dan menghilang dari kediamannya.

Rumah Madrais Hajar, di Jl Raya Kampung Pasar Emas No. 62 RT14 RW 08 Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi terlihat sepi. Rumah yang didominasi warna hijau muda, keramik hitam yang mendominasi dinding dan tiang-tiang depan rumah, seolah tak berpenghuni. Pintu dan jendela rumah juga tertutup rapat.

Warga yang menyewa ruko Madrais Hajar, Rohmadi, kepada ‘Damailahindonesiaku.com’, Kamis (9/11/2017), membenarkan bahwa rumah bertembok hijau itu milik ayah Minhati yang tinggal bersama istrinya. Dia mengaku biasanya bertemu Madrais saat shalat di masjid yang ada di seberang rumah tersebut. Namun, sudah tidak pernah bertemu sejak beberapa hari yang lalu.

Menurutnya, tidak terlihatnya Madrais Hajar di rumah itu adalah hal yang wajar. Sejak pemberitaan terkait menantunya, Omarkhayam Maute tewas dan anaknya, Minhati ditangkap, pemilik Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal tidak pernah kelihatan. Tetapi kemana dia pergi, Romadi mengatakan kemungkinan ke Gontor, Ponorogo.

Rumah anak Madrais yang ada di sebelahnya, di belakang ruko yang disewa Rohmadi, juga tidak ada aktivitas. Sementara Ponpes Darul Amal yang lokasinya tidak jauh dari rumah Madrais Hajar, beraktivitas seperti biasa. Namun, petugas yang berjaga melarang orang luar, termasuk wartawan masuk. Mereka juga mengatakan Madrais tidak ada di tempat.

Sebelumnya kepada wartawan di Islamic Center KH Noer Ali Bekasi, Madrais Hajar mengaku sangat direpotkan oleh ulah menantunya, Omarkhayam Maute yang memimpin kelompok Maute saat menyerbu Kota Marawi, Filipina. Dia merasa sang mantu telah mengkhianati janji saat menikahi putrinya, Minhati Madrais.

Tokoh ulama dari Babelan ini menjelaskan sejumlah hal terkait hubungan Omar Maute dengan dirinya selaku pimpinan Pondok Pesantren Darul Amal. Pertama, Omar adalah alumni Al Azhar yang pada tahun 2003 menikahi putrinya yang bernama Minhati. Perkenalan Omar dengan Minhati terjadi saat keduanya sama-sama menjadi mahasiswa di kampus tertua di Kairo, Mesir.

’’Pertimbangan saya hadits Rasulullah. Kalau orang baik yang melamar anak kita maka kita tidak boleh menolaknya. Kalau perlu segerakan menikahkan mereka karena pertimbangan takut terjebak di dalam fitnah,’’ jelasnya.

Karena pertimbangan ibadah itulah, dirinya merestui pernikahan sang anak dengan pria asal Filipina itu. “Bagi saya, selaku pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Darul Amal, anak yang saya didik diharapkan menjadi kader yang akan meneruskan perjuangan saya di lembaga pendidikan yang saya bangun. Makanya, anak saya yang kuliah di Universitas Islam terbesar di dunia, yakni Al Azhar dilamar oleh alumni Al Azhar juga yang saya pastikan sebagai anak baik,” paparnya.

Meski merestui pernikahan sang putri, Kiai Madrais mengajukan syarat kepada Omar agar setelah menikah harus tinggal dan menetap di Darul Amal dan bersedia bersama-sama dengan dirinya membangun Darul Amal. Pernikahan dua anak manusia berbeda bangsa dan negara itu akhirnya dilangsungkan di Kairo pada 2010. Keduanya lantas pulang kampung ke Babelan dan bermukim di Darul Amal.

Meski Omar telah menikahi putrinya, Madrais tetap menganggap pria asal Filipina itu sebagai orang baru. Hal itu terlihat dari sikapnya yang hanya mempercayakan Omar untuk pengajaran materi Bahasa Inggris di Darul Amal. Pelajaran lain seperti akidah, hadis, tafsir dan lain-lain belum diberikan. Alasannya, dia perlu mengamati dan mempelajari dulu bagaimana kecenderungannya. (AT)