Jakarta –Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2018, harus dijadikan momentum untuk mengembalikan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah bangsa yang hakiki. Dengan nilai-nilai luhur yang ada dalam lima silanya, Pancasila sudah terbukti mampu merawat Indonesia sejak merdeka sampai sekarang.
Dengan kembali memperkuat bangsa terhadap pemahaman nilai Pancasila dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, kedepan Indonesia pasti kuat melawan ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Bila itu terjadi maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan abadi.
“Jelang hari kesaktian Pancasila 1 oktober 2018 saya mengimbau seluruh bangsa Indonesia untuk kembali menjadikan Pancasila bukan sekadar lima sila yang tertera dalam hurup, tapi melaksanakan Pancasila sebagai sebuah falsafah hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Kalau lima sila itu betul-betul dilaksanakan, pasti akan menjadi kekuatan hebat bagi bangsa Indonesia yang majemuk tapi bersatu,” kata tokoh kebangsaan Hj. Lily Chodidjah Wahid di Jakarta, Sabtu (29/9/2018).
Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari itu yakin bila Pancasila dilaksanakan dengan baik, masuknya berbagai ideologi asing seperti radikalisme dan terorisme, otomatis akan terbendung. Menurutnya, Pancasila sangat ideal dengan Indonesia. Dan itu sudah dipikirkan dengan matang oleh para founding fathers bangsa saat memutuskan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi dan landasan hidup bangsa, dengan mengganti tujuh kata dalam Piagam Jakarta yaitu “Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja” dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Itu dilakukan demi untuk mengakomodir keinginan saudara-saudara kita dari Indonesia timur. Pasalnya, Indonesia timur mau bergabung dengan Indonesia bila tujuh kata itu dihilangkan.
“Itu kontribusi umat islam yang sangat besar. Kalau hari ini ada isu intoleransi, itu adalah buah gangguan dari luar yang memang ingin memecah belah bangsa kita. Wong selama ini selama 72 tahun merdeka tidak ada apa-apa, dengan tujuh anak kata yang dihilangkan itu,” imbuh Hj. Lily Wahid.
Ia menilai, upaya-upaya yang ingin memecah belah Indonesia itu adalah sebuah setingan internasional yang ingin menjadikan Indonesia menjadi beberapa negara bagian. Upaya pecah belah itu sudah lama dilakukan, namun sampai saat ini tidak pernah berhasil. Konspirasi internasional itu tidak lepas dari keinginan negara-negara asing yang ingin menguasai sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya.
“Mereka menggunakan cara-cara dengan ongkos murah yaitu adu domba. Hari ini yang mereka benturkan islam dengan islam dan yang dipakai sebagai isu salah satunya intoleransi dan kebhinekaan. Padahal Pancasila sebagai sebuah kesatuan sudah menjaga kita dari benturan sesama anak bangsa,” ungkap mantan anggota DPR RI dari Fraksi PKB ini.
Ia mengaku kondisi bangsa Indonesia yang karut marut akhir-akhir ini akibat mulai lunturnya pemahaman dan pengamalan Pancasila, terutama di kalangan generasi muda. Bahkan banyak orang Indonesia yang sudah tidak hafal lagi dengan sila-sila Pancasila. Untuk itu ia sangat mendukung upaya pemerintah yang ingin kembali mengaktualisasikan kembali Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa.
Menurutnya, nilai-nilai Pancasila inheren dengan kehidupan bangsa Indonesia karena kemanusiaan itu bagian dari keimanan, turunan dari ketuhanan. Kemudian keadilan sosial ini adalah dakwah bil hal-nya, dalam kenyataan sehari-harinya.
“Jadi sebetulnya harus kita upayakan untuk memperbaiki keadaan hari ini adalah membangkitkan kembali persatuan Indonesia dan musyawarah mufakat,” tukas Lily Wahid.
Saat ini, lanjutnya, musyawarah mufakat dalam masyarakat sudah luntur. Akibatnya, karena tidak pernah musyawarah, kemungkinan menjadi musuh menjadi besar. Beda bila masyarakat selalu bermusyarawah, tenggang rasa, dan menyepakati bersama, pasti akan tumbuh semangat persatuan yang kuat di masyarakat.