Baghdad – Tertangkapnya Abu Omer yang merupakan algojo kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) sempat menjadi kabar gembira bagi masyarakat Mosul, Iraq. Namun kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama, karena berdasarkan sebuah laporan menyebutkan Abu Omer telah bebas karena menyuap petugas beberapa menit setelah sempat ditahan oleh pihak otoritas Iraq.
Abu Omer ditangkap di Mosul pada awal tahun 2018. Pada tahun 2015 dia kerap muncul dalam video propaganda kelompok teroris ISIS, setiap kali melakukan hukuman dia selalu membacakan “fatwa” hukuman rajam bagi pelaku yang dianggap bersalah.
Kelompok pembela hak asasi manusia, Clarion Project, mengkritik keras otoritas terkait Irak atas bebasnya Abu Omer.
“Itu sebagai kegagalan yang luar biasa dari sistem peradilan Irak. Seorang pemimpin ISIS ditangkap dan bebas beberapa menit kemudian setelah membayar suap USD 7.500,” kata kelompok HAM tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip IB Times, yang diambil dari laman www.sindonews.com , Rabu (10/01/2018).
Pejabat setempat, Zuheir Hazzen el-Jaburi, kepada Ayn Al Iraq, menyebut praktik suap itu sebagai bencana.
“Saya berada di Mosul ketika sekelompok pasukan dari intelijen menangkap seorang pria. Setelah diinterogasi, mereka memberitahu bahwa dia mufti, anggota ISIS,” katanya.
“Kami bertanya kepada orang-orang siapa dirinya, dan mereka membuktikan bahwa dia benar-benar seorang mufti ISIS. Setelah dia ditangkap, dia meninggalkan sebuah sepeda motor di belakang. Satu jam kemudian kami melihat sepeda motor sudah tidak ada lagi,” lanjut el-Jaburi.
“Kami bertanya tentang hal itu, mereka mengatakan bahwa dia dibebaskan 10 menit lebih awal karena dia membayar 75 tagihan (USD 7.500),” imbuh pejabat tersebut.
Laporan mengenai kebebasan Abu Omer juga telah dikonfirmasi secara online oleh Duta PBB untuk korban Genosida Yazidi Nadia mUrad. “Kami mendengar dari media bahwa tahanan teroris ISIS yang biasa membantai orang-orang di Mosul sekarang dibebaskan oleh beberapa petugas korup,” tulis Nadia Murad melalui Twitter.
“Kami meminta keadilan, kami menuntut agar resolusi DK PBB segera dilaksanakan,” lanjut Nadia Murad yang juga pernah ditahan dan dijadikan budak seks oleh para teroris ISIS.