Jakarta – Al-Qaeda pada Minggu (5/3/2023) mengonfirmasi kematian seorang tokoh senior jaringan Al Qaeda cabang Yaman dalam sebuah serangan udara yang dicurigai dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) bulan lalu.
Dikutip dari AFP, Sumber-sumber keamanan dan pemerintah setempat mengatakan kepada AFP pada Rabu bahwa Hamad bin Hamoud al-Tamimi telah terbunuh, dan mengidentifikasikannya sebagai pemimpin tertinggi al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), yang oleh Washington dianggap sebagai salah satu cabang paling berbahaya dari kelompok tersebut.
Tamimi, yang juga dikenal sebagai Abdel Aziz al-Adnani, gugur dalam serangan pesawat tak berawak pada 26 Februari yang menargetkan tempat tinggalnya di provinsi Marib, Yaman utara yang dilanda perang, demikian pernyataan yang dilaporkan oleh SITE.
Pernyataan tersebut mengidentifikasi Al Tamimi sebagai pejabat media yang sebelumnya “mengelola operasi eksternal dalam kelompok tersebut, termasuk yang menyerang kepentingan Amerika”, menurut SITE.
AQAP mengatakan bahwa Tamimi pergi ke Yaman pada 2013 di mana ia menyatakan keinginannya untuk menyerang kepentingan-kepentingan vital Amerika.
Sumber-sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada AFP bahwa Tamimi telah mengepalai dewan kepemimpinan AQAP dan bertindak sebagai hakim bagi kelompok militan tersebut.
Pernyataan al-Qaeda juga menyebutkan bahwa seorang pejabat media lainnya, Abu Nasser al-Hadhrami, adalah “korban dari serangan tersebut”.
AQAP telah melakukan operasi melawan kelompok teroris Syiah Houtsi dan pasukan pemerintah serta serangan di luar negeri.
Para pemimpinnya telah menjadi target dalam perang pesawat tak berawak AS selama lebih dari dua dekade, namun jumlah serangan yang dilaporkan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Serangan pada 26 Februari terjadi sebulan setelah tiga orang yang diduga anggota AQAP terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS yang diduga dilakukan terhadap sebuah mobil, juga di provinsi Marib.
Yaman telah dilanda konflik sejak tahun 2015 setelah Houtsi menduduki ibu kota Sana’a.
Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan memicu apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan jutaan orang mengungsi.