Padang – Diciduknya lima terduga teroris di Sumatera Barat pada Senin (13/8) lalu, terbilang mengagetkan. Pasalnya, Sumatera Barat selama ini tak termasuk provinsi yang dicurigai sebagai ‘tempat empuk’ bersemainya jaringan teroris.
“Penangkapan terduga teroris di Sumbar membuka mata kita semua bahwa provinsi tersebut sebenarnya juga rentan penyemaian bibit teroris,” kata pengamat terorisme Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar, Selasa (14/3).
“Dan lebih mengejutkan lagi, berdasarkan analisis pengamat terorisme, ada tiga jaringan teroris di Sumbar dengan jumlah anggota mencapai 3.000 orang. Ada Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), dan satu lagi saya lupa namanya,” tambah Al Chaidar dikutip dari haluan.
Dijelaskan, ribuan anggota kelompok radikal di Sumbar melaksanakan latihan secara sembunyi-sembunyi. Dua daerah yang terdeteksi jadi lokasi latihan, menurut Al Chaidar, adalah Bukittinggi dan di luar Sumbar yakni, Nias.
“Dua daerah itu jadi lokasi latihan. Kalau di Nias, pengamanan agak longgar. Bukittinggi juga menjadi tempat latihan mereka,” ujarnya.
Dituturkan, lima terduga teroris yang tertangkap pada Senin lalu cuma sebagian kecil dari bibit terorisme yang ada di Sumbar. “Ibaratnya, baru sejumput. Mereka (terduga teroris) ramai, dan terus merektur, mengembangkan pengaruh dan pahamnya di tengah-tengah masyarakat Sumbar,” tutur pengamat jebolan Universitas Indonesia.
Walau termasuk memiliki banyak anggota, sambung Al Chaidar, Sumbar bukanlah target utama dalam penyemaian paham terorisme oleh kelompok-kelompok garis keras. Sumbar hanya dijadikan basis cadangan, untuk back up, untuk daerah utama seperti Jawa Barat dan Jawa Timur.
“Basis di Sumbar itu hanya cadangan. Persoalan banyak anggotanya banyak, di semua daerah juga banyak. Intinya, Sumbar itu back up untuk Jawa, bukan basis utama,” ungkapnya.
Ditanya soal target para terduga, apakah di Sumbar atau daerah lain, Al Chaidar meyakini para terduga yang ditangkap akan melakukan aksinya di Sumbar.
“Mereka sedang membangun kekuatan, strategi dan merumuskan rencana aksi yang sangat kuat dugaannya akan dilakukan di Sumbar, bukan di luar Sumbar. Momentumnya kan berdekatan, Natal dan tahun baru,” bebernya.
Terkait para terduga yang ditangkap merupakan orang biasa, yang kesehariannya melakukan pekerjaan sederhana, Al Chaidar menyebut hal tersebut memang sudah diskenariokan oleh kelompoknya.
“Memang begitu skenario yang disusun kelompoknya. Seperti di Sumbar, mereka jualan garam, dan pekerjaan lainnya. Itu agar mereka tidak terlalu terdeteksi dan membiaskan identitasnya,” pungkasnya.