Jakarta – Awal tahun 2018 ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mulai mengaktifkan mesin pengais konten negatif atau ‘crawling’. Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, dalam mengaktifkan ‘crawling’ itu Kominfo berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Dikatakan, koordinasi dengan BNPT itu dilakukan untuk mencari konten-konten di berbagai situs dan media sosial yang berbau radikalisme dan terorisme. Selain berkoordinasi dengan BNPT, Kominfo juga menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mencarikonten investasi bodong, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Bandan Narkotika Nasional (BNN).
“Crawling yang digunakan Kemenkominfo akan menganalisa secara otomatis sesuai kriteria konten negatif yang ditetapkan. Tiga hari terakhir menjelang tutup tahun 2017, Kominfo telah mengujicoba mesin tersebut. Hasilnya luar biasa,” kata Semuel Abrijani Pangerapan kepada wartawan dui Jakarta, Rabu (3/1/2018).
Dijelaskan, kecepatan mencari situs-situs negatif jauh lebih cepat dari sebelumnya. Mesin ini bekerja sangat efektif mencari konten negatif, kemudian mengidentifikasi masuk kategori mana konten tersebut. Suatu konten negatif dapat dilihat langsung seberapa besar pengaruh atau dampak dalam dunia siber.
Sekali mengais, mesin ini dapat memberikan hasil berupa URL atau tautan yang bisa jutaan dan langsung mengklasifikasi. Dalam masa uji coba selama tiga hari, mesin ini mampu mendeteksi sekitar 120.000 situs negatif dari Indonesia. Itu hasil dari 1,2 juta alamat internet yang dicrawling.
“Untuk yang berjalan dalam beberapa tahun ini, kami baru menapis 700.000 lebih situs negatif. Mesin pengais konten negatif ini juga dapat dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga pengatur sektor dalam mendukung pelaksanaan tugas masing-masing,” pungkasnya.