Jakarta – Aksi terorisme kian sering terjadi di Ibukota Jakarta dan sekitarnya. Pelaku bahkan berani menyerang polisi seperti penusukan terhadap 2 anggota Brimob di Mesjid Falatehan, Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Jumat (28/6/2017). Dalam kejadian ini, Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Brigadir Satu Syaiful Bakhtiar mengalami luka di bagian leher, telinga, hingga wajah.
Kemudian menyusul aksi pemasangan bendera mirip lambang ISIS di tembok Mapolsek Kebayoran Lama pada Selasa (4/7/2017) sekitar pukul 05.30 WIB. Dalam aksi ini, pelaku juga mengirim ancaman terhadap anggota Polri, TNI, Densus 88 Antiteror, dan Barisan Ansor Nahdlatul Ulama (Banser NU). Bahkan, juga menyatakan akan membuat kondisi Jakarta seperti Marawi, Filipina.
Menanggapi hal itu Wakil Ketua Tanfidziah PWNU DKI KH Munahar Mukhtar meminta warga jangan takut. Warga harus tenang namun tetap waspada. “Itu cuma permainan mereka supaya masyarakat tidak tenang, karena memang itulah keinginan mereka. Masyarakat Jakarta tidak perlu takut, namun harus tetap waspada terutama terhadap orang yang masuk ke wilayah masing-masing,” katanya kepada Damailahindonesiaku.com, Kamis (6/7/2017).
Dia juga mengimbau warga jangan hanya mengandalkan Polri dan TNI dalam menjaga keamanan. Asalannya jumlah aparat keamanan tidak begitu banyak. KH Munahar Mukhtar meminta seluruh anggota masyarakat menjadi polisi bagi dirinya sendiri untuk menciptakan ketenangan lingkungan. “Ya, umat Islam harus menjadi polisi bagi dirinya sendiri,” katanya.
KH Munahar Mukhtar mengatakan, teror yang belakangan sering terjadi adalah permainan yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar Islam. “Masyarakat harus bersatu. Apalagi di hari yang masih fitri ini semua umat Islam harus bersatu menjaga keamanan dan kenyamanan,” tandasnya.