Jakarta – Pengamat terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib menilai aksi yang dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora tidak berlandaskan ideologi agama tertentu. Namun tindakan biadab yang mereka lakukan dengan membantai satu keluarga di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, lebih kepada upaya mereka untuk survival atau bertahan hidup dari kejaran aparat.
“Tujuan mereka survival, karena mereka tahu kemampuan mereka sendiri secara individual melemah terus,” kata Ridlwan dikutip dari laman CNNIndonesia.com kemarin.
Ridlwan mengatakan, kekuatan kelompok tersebut kini menyisakan 10 anggota. Namun demikian, ia meyakini jika sampai saat ini simpatisan MIT di Poso, Sulawesi Tengah masih cukup banyak.
Para simpatisan itu, tak segan-segan menjadi kaki tangan mereka dan memberikan informasi perihal pergerakan aparat keamanan.
Sembari bertahan dari kejaran aparat, aksi kelompok Ali Kalora itu dinilai sebagai upaya mengirimkan pesan kepada jaringan ISIS di luar, baik di Indonesia maupun Timur Tengah. Pesan yang mereka kirimkan yakni bahwa mereka masih eksis dan meminta bantuan.
“Dengan melakukan pemenggalan itu sebagai sinyal ke jaringan ISIS di Timur Tengah bahwa masih ada sayap mereka di Indonesia,” ungkap Ridlwan.