Temanggung – Dalam Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan BNPT bersama Komisi XIII DPR RI, Surip Irianto sebagai perwakilan umat Katolik menyampaikan pandangan gereja Katolik terkait terorisme dan pentingnya membangun kehidupan yang damai di tengah perbedaan.
“Dialog seperti ini sangat penting dan kami yakini membawa manfaat besar, terutama dalam membangun kesadaran bersama melawan terorisme. Sebagai umat Katolik, kami memiliki pandangan moral dan spiritual yang kuat terhadap isu ini,” ujar Surip di Temanggung, Kamis (7/8/2025).
Ia menjelaskan bahwa dalam ajaran Katolik, terdapat prinsip utama: mengasihi Allah dan mengasihi sesama.
“Secara vertikal, kami diajarkan untuk mengasihi Allah Yang Maha Esa, dan secara horizontal untuk mengasihi sesama manusia, meskipun berbeda keyakinan, budaya, maupun pandangan hidup. Karena itu, tindakan terorisme sangat bertentangan dengan ajaran iman kami,” tegasnya.
Surip juga menegaskan bahwa setiap manusia, menurut ajaran Katolik, adalah ciptaan Tuhan yang luhur dan mulia. Manusia dikaruniai akal budi untuk membedakan mana yang benar dan salah.
“Terorisme tidak memperlakukan manusia sebagaimana mestinya. Ini bertentangan dengan prinsip kami yang menjunjung tinggi harkat dan martabat setiap pribadi manusia. Hak dan martabat itu harus saling dihargai dan dihormati, apa pun latar belakangnya,” tuturnya.
Dalam ajaran Katolik, lanjut Surip, perdamaian dan keadilan bukan hanya slogan, tetapi komitmen hidup yang harus diwujudkan secara nyata, meski tidak selalu mudah di tengah keberagaman.
“Kami diajarkan untuk senantiasa bergandengan tangan, menciptakan keadilan sosial. Meski perbedaan kerap memunculkan tantangan, hati nurani menjadi kompas moral untuk memilih jalan yang benar dan damai,” katanya.
Surip juga menyoroti aspek lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab iman. Terorisme, menurutnya, tidak hanya merusak sesama manusia, tetapi juga merusak tatanan dan keseimbangan alam ciptaan Tuhan.
“Kita diberi nafas, diberi bumi, tapi seringkali tidak menjaga ciptaan Tuhan ini dengan baik. Global warming, kerusakan lingkungan—itu karena manusia tidak peduli. Terorisme pun demikian, ia merusak tatanan sosial dan lingkungan sekitar,” jelasnya.
Sebagai penutup, Surip menekankan pentingnya menanamkan nilai cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari sebagai penangkal utama terhadap kebencian, kekerasan, dan ekstremisme.
“Lima nilai yang kami pegang—mengasihi Allah dan sesama, menjunjung harkat manusia, menciptakan keadilan dan perdamaian, menjaga lingkungan, serta menanamkan cinta kasih—adalah prinsip hidup bersama dalam damai. Dengan cinta kasih, kita bisa hidup berdampingan sebagai bangsa yang besar dan beragam,” pungkasnya
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!