Jakarta – Upaya penanggulanga terorisme terus dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Tidak hanya mengandalkan aspek hard approach melalui penegakan hukum, BNPT juga aktif melakukan soft approach untuk mematikan terorisme hingga ke akar-akarnya. Upaya ini dilakukan dalam berbagai cara, seperti dialog, workshop, pendampingan, dst.
Seperti yang dilakukan oleh Direktur Pencegahan BNPT, Brigjen Pol. Hamidin hari ini, Minggu (12/02/17) di Jakarta. Hadir sebagai narasumber dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerakan Nasional Peduli Anti Narkoba, Tawuran dan Anarkis (Gepenta), Hamidin mengingatkan bahwa terorisme telah menjadi kejahatan luar biasa (Extra-ordinary Crime), karenanya penanggulangan terhadap kejahatan kemanusiaan ini perlu serius dilakukan.
Baginya, terorisme tidak hanya muncul akibat pemahaman agama yang salah, melainkan juga karena sebab-sebab lain di luar agama. Konflik sosial kerap memainkan peran dalam pecahnya aksi-aski terorisme. Ia mencontohkan kasus terorisme di Poso, ia menyebut kasus di Poso dipicu oleh konflik sosial, bukan agama.
Jenderal bintang satu ini juga menekankan bahwa seseorang yang menjadi teroris tidak lantas berarti bahwa di dalam dirinya ada gen ideologi teroris, melainkan karena ada banyak faktor yang menyebabkan orang tersebut menjadi teroris, salah satunya adalah faktor sosial.
Karenanya ia mengajak Gepenta dan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melakukan pencegahan terhadap bahaya radikalisme dan terorisme. Salah satunya dengan mempererat hubungan baik antar anggota masyarakat.