Jakarta – Aliansi Indonesia Damai (AIDA) didukung oleh Kedutaan Besar Belanda mengadakan nonton bareng dan sharing session mengenai terorisme yang terjadi di Indonesia. Dipimpin oleh korban terorisme, Max Boon, acara ini diselenggarakan pada Selasa, (2/10).
Max, yang juga Dewan Pengawas AIDA, menjadi korban dalam teror Hotel J.W Marriot, Jakarta pada 2009. Kedua kakinya harus diamputasi akibat ledakan bom tersebut.
“Pada 19 Juli 2009 saya dievakuasi ke Singapura lalu amputasi di Jakarta. Kegagalan pada paru-paru dan komplikasi akibat pecahan peluru. Banyak luka bakar hampir 70%, hampir setiap hari operasi, dan saya sempat putus asa,” kata Max.
Pada saat itu, dia sempat merasa kehilangan semangat hidup. Hingga dia memutuskan untuk ingin sekali bertemu dengan para pelaku teroris dan menanyakan tujuan mereka melakukannya.
Pemikiran itulah yang membuat Max tercetus untuk mendirikan AIDA pada 2013 dengan para korban teroris lainnya yang berada di Jakarta. Tujuannya adalah membangun perdamaian secara struktural, dan berkelanjutan.
Menariknya, AIDA juga mempertemukan korban dan para mantan pelaku teroris yang pada acara tersebut dijadikan sebuah karya dalam film dokumenter berjudul Grit. Muhammad El Maghfurrodhi mengatakan pertemuan antar korban dan para mantan pelaku teroris ini bertujuan untuk rekonsiliasi dan menyatukan suara mereka.
“Kami sering pertemukan mereka, pertemuan rutin agar tercipta perdamaian. Paling dekat Oktober ini kami akan ke Bali, bertemu dengan para korban bom Bali,” kata Maghfur.
Selain menciptakan perdamaian melalui pertemuan korban dan tersangka, AIDA juga memberikan pendampingan kepada para korban agar mendapatkan hak. Termasuk pendidikan untuk anak-anak mereka yang masih sekolah.