Agama Bukan Satu-satunya Penyebab Orang Terpapar Terorisme

Yogyakarta – Agama bukan satu-satunya faktor penyebab orang melakukan tindakan terorisme, ada banyak faktor lain seperti ekonomi, sosial, politik bahkan juga sampai karena masalah keluarga dapat menjadikan seseorang melakukan tindakan terorisme.

Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Busyro Muqoddas pada, Rabu (12/4/2023) di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro, No. 23, Terban, Kota Yogyakarta di acara Kultum Ba’da Salat Dzuhur Karyawan.

Busyro mengungkapkan bahwa saat ini banyak pelaku teror usianya masih belasan tahun. Mereka terjebak dan melakukan tindakan teror disebabkan oleh keretakan di keluarganya, seperti perceraian yang melibatkan kedua orang tuanya. Mereka itu korban dari keretakkan keluarga, sekaligus korban dari ketimpangan ekonomi.

“Umurnya masih kecil-kecil, mereka ini memiliki pemahaman agama yang salah. Pemahaman agama secara sempit. Pengetahuan agamanya tergantung pada imamnya,” ungkap Busyro dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.

Menurutnya, taqlid buta kepada imam ini menjadi pintu masuknya paham-paham radikal. Pandangan ekstrem ini harus ditengahkan.

Lebih-lebih masalah ekonomi kata Busyro, menjadi faktor kuat yang menjadi seseorang bisa melakukan tindakan terorisme. Kemiskinan tidak bisa dinegasikan sebagai faktor dominan pendorong orang melakukan tindakan teror.

Dalam pandangannya, kemiskinan yang dialami oleh rakyat setidaknya disebab oleh dua faktor utama yaitu secara kultural dan struktural. Dilihat secara kultural, rakyat miskin karena memang budayanya. Sementara secara struktural, masyarakat bisa saja tidak miskin tapi dimiskinkan.

Ketimpangan akibat kebijakan ini dapat dilihat dengan gambling, misalnya terkait dengan kebutuhan bahan pokok yang seringkali dipermainkan/dimonopoli oleh kapitalis yang culas. Mereka bisa menahan dan mengeluarkan kebutuhan bahan pokok sesuai kepentingannya.

Oleh karena itu Busyro mendorong pemerintah untuk perhatian pada sisi hulu penyebab terjadinya terorisme, serta menanggulangi masalah ini secara kolaboratif dengan organisasi sosial – keagamaan – kemasyarakatan.

“Maka untuk pencegahan terorisme itu sebaiknya kerjasama pemerintah. Bukan hanya soal keagamaan saja, tetapi juga soal keadilan ekonomi karena kebijakan yang timpang,” Terang Busyro.