Kabul – Pemerintah Afghanistan akan segera membebaskan sejumlah tahanan dari kelompok Taliban dalam pekan ini, di tengah kondisi karantina wilayah atau lockdown untuk membatasi penyebaran Covid-19.
Pejabat Afghanistan pada Rabu (1/4) mengatakan pertukaran tersebut merupakan langkah membangun kepercayaan atas penandatanganan kesepakatan damai antara Amerika Serikat (AS) dan Taliban untuk mengakhiri perang yang berlangsung selama dua dekade terakhir.
Tiga anggota Taliban telah tiba di Ibu Kota Kabul pada Selasa (31/3) untuk memulai proses pertukaran tahanan tersebut. Mereka bertemu dengan para pejabat Afghanistan.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menyebut perkembangan kesepakatan damai pada Selasa sebagai “kabar baik”.
Pertukaran terjadi satu pekan setelah dia mengunjungi perwakilan kedua pihak bertikai di Kabul dan Doha, Qatar.
Juru bicara Taliban mengatakan setidaknya seratus kombatan Taliban yang ditahan akan dibebaskan secepatnya. Pembebasan itu menandai langkah pertama dalam pertukaran sekitar 6.000 tawanan yang ditahan kedua pihak.
“Seratus tahanan akan dibebaskan dalam tahap pertama, kemudian kedua belah pihak akan mengkaji apakah pembebasan seratus orang per hari dapat berjalan dengan baik,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, seperti dikutip reuters, Rabu (1/4).
Taliban telah mengatur sistem pemindahan tahanan untuk menjamin petempur yang tua dan kombatan yang sakit langsung kembali kepada keluarga mereka setelah bebas. Namun, tidak ada rencana memberikan bantuan keuangan bagi mereka.
Mujahid menambahkan bahwa mereka telah berdiskusi mengenai teknis pembebasan tahanan serta ketentuan pemeriksaan medis bagi tahanan yang bebas. Di samping itu, dia menyebut karantina wilayah menjadi tantangan tersendiri.
Bagaimanapun, karantina wilayah tidak serta merta menghentikan kekerasan yang terus berlangsung.
Delapan nyawa warga sipil, termasuk anak-anak, melayang akibat sebuah ledakan ketika kendaraan yang mereka tumpangi melindas ranjau darat yang ditanam oleh Taliban di Provinsi Helmand.
Belum ada yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden tersebut. Taliban sendiri menyebut bahwa pasukan keamanan adalah target sebenarnya dari bom dan ranjau darat yang mereka tempatkan, namun warga sipil sering kali terluka atau terbunuh.