Poso – Direktorat Pencegahan dan Deradikalisasi BNPT juga menghadirkan mantan terpidana kasus terorisme, Ustadz Abu Tholut alias Mustafa sebagai pembicara pada acara Silaturrahmi bersama Tokoh Masyarakat Poso untuk berdialog dengan 120 orang warga Poso yang sebagian besar adalah para mantan kasus tindak kekerasan Poso.
Dalam dialog tersebut Abu Tholut mengharapkan pentingnya silaturahmi antar warga dengan pemerintah terlebih dengan BNPT selaku lembaga yang menangani tindak terorisme. Abu Tholut juga menyampaikan bahwa pendekatan secara persuasif mutlak diperlukan sebagai benteng penyebaran paham radikal.
Dirinya yang pernah dihukum delapan tahun penjara karena terbukti melakukan pemufakatan tindak pidana terorisme itu mengatakan, selain untuk bersilaturahmi, kedatangannya di Poso bersama BNPT itu diantaranya juga untuk mengajak warga masyarakat di wilayah itu untuk memahami jihad yang benar, sehingga tidak salah melangkah untuk melakukan apa yang disebutnya sebagai Jihad yang tidak sah.
“Niat saya untuk datang ke acara ini untuk Silaturahmi, karena saya juga tentunya banyak teman teman yang saya kenal disini. Kemudian yang kedua adalah untuk pemahaman mereka bahwasanya bagaimana sebenarnya jihad yang benar itu, supaya mereka ini tidak melakukan suatu aksi. Aksi yang sebenarnya secara Islam itu bukan jihad, tapi mereka mengira itu Jihad yang sah. Nah ini yang menjadi persoalan,” lanjutnya.
Untuk itu Abu Tholut yang juga merupakan mantan ketua Mantigi III Jemaah Islamiyah tersebut, mengingatkan agar warga masyarakat di Poso untuk tidak mudah terbujuk oleh paham paham yang menyesatkan agar tidak salah dalam berjihad, termasuk propaganda ISIS yang disebutnya sebagai kelompok sesat.
“Banyak hal-hal dari ajaran ISIS itu yang telah menyimpang dari ajaran Islam.. Dan saya bisa mempertanggungjawabkan pernyataan ini,” tegas mantan narapidana kasus terorisme ini.
Salah satunya adalah sikap para pendukung ISIS, yang enggan mendekati dirinya yang menentang keberadaan kelompok ISIS itu. Abu Tholut pun menceritakan pengalamannya saat bertemu Yasin, yang ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada November 2012 lalu di Poso.
“Kita ajak diskusi dia tidak mau, tetapi ngomong di belakang. Kemudian tidak mau salat di belakang saya ketika dia tahu saya kontra terhadap ISIS,” ungkap Abu Thalut.
Dirinya menyayangkan ada warga Negara Indonesia yang kemudian menjual propertinya lalu keluar negeri untuk bergabung dengan kelompok itu di Suriah.
“Beberapa kawan yang menjual tanahnya, propertinya berangkat ke Suriah sana bergabung dengan ISIS, itulah sebabnya karena ketidaktahuan mereka membawa anak anaknya yang masih kecil kesana. Itu persoalan sehingga mereka karena ketidak tahuan kemudian datang pendukung ISIS, mendengarkan tentang ISIS kemudian ikut,” kata Abu Tholut.
Terkait dengan kelompok Santoso yang hingga saat ini masih terus diburu oleh aparat keamanan dalam Operasi Tinombala 2016, dirinya merasa sedih dan heran mengapa mereka mau mengikuti ISIS Dirinya berpendapat bahwa di tubuh kelompok itu sendiri kini sedang terjadi friksi atau perpecahan sebagaimana pengakuan dari anggota kelompok itu yang telah ditangkap atau menyerahkan diri yang mengaku tidak sepaham dengan Santoso.
Oleh karena itu dia berharap Santoso mau menyerahkan diri sehingga permasalahan kekerasan di Poso bisa segera berakhir. Sebab, sudah sejak operasi Camar Maleo sampai Tinombala, jaringan ini tak juga tertangkap.
Namun dirinya mengatakan bahwa upaya aparat keamanan untuk meminta kelompok itu menyerah sepertinya tidak akan ditanggapi oleh Santoso meskipun imbauan untuk menyerah itu dimaksudkan untuk mencegah kembali jatuhnya korban jiwa atau luka, khususnya dari kelompok Santoso yang sejauh ini telah kehilangan 12 anggotanya yang tewas sepanjang pelaksanaan operasi Tinombala 2016.
“Yah, itu memang suatu bagian dari usaha, kita berharap supaya tidak ada korban kan, tapi kan, ternyata berpulang kepada yang bersangkutan. Kalau kita lihat daripada Santoso sendiri, dia merilis pernyataan dia, dia menyatakan tidak mau menyerah, itu dari pihak dia sendiri, adapun orang orang yang ikut dia di bawahnya kemungkinan tidak sepakat juga dengan dia,” ujarnya mengakhiri