Jakarta – Abdurrahman Ayyub hadir sebagai salah satu pembicara pada Rapat Koordinasi Tim Cyber Anti Narkoba Dan Radikalisme yang digagas oleh Kemenag melalui Bimas Islam mengatakan bahwa sewaktu kecil orang tuanya mendidik secara nasionalis, bahkan pada saat upacara kemerdekaan 17 agustus kakaknya menjadi sutradara dipanggung dalam setiap perayaan hari kemerdekaan.
Sewaktu masih duduk di bangku SMA berusia sekitar 17 tahun Ayyub bersentuhan dengan kelompok radikal, awalnya karena keingintahuan yang begitu besar akan agama, setiap bertanya kepada guru tidak pernah mendapatkan penjelasan yang memuaskan, hingga akhirnya mencari guru dan berbaiat kepada guru yang beraliran radikal.
Dalam paparanya dihadapan peserta, ayyub menjelaskan alasanya bergabung dengan kelompok radikal, dalam salah satu hadist dijelaskan bahwa orang yang berjihad dan mati dalam jihadnya akan mendapatkan ganjaran bisa memberikan syafaat kepada 70 anggota keluarga, jika tidak ikut berjihad dan tinggal dalam negara yang dipimpin oleh pemimpin thagut maka akan termasuk kafir “siapa yang mau mati dalam keadaan kafir.? Tentu saja saya tidak mau” ujarnya.
“untuk mendoktrin orang agar bergabung ke dalam kelompok radikal sangat mudah, apalagi anak – anak muda yang sedang galau dibutuhkan waktu hanya 3 jam maka anak tersebut akan siap menjadi pengantin (melakukan pengeboman dengan meledakkan diri)” ujarnya dihadapan peserta rapat koordinasi tim cyber anti narkoba dan radikalisasi. Rabu, 14/06/2016.
Dewasa ini kelompok radikal secara massif melakukan propaganda menggunakan internet, dunia maya mereka manfaatkan untuk melakukan komunikasi, perekrutan dan berbagai kegiatan dalam rangka menyebarkan kebencian terhadap negara kesatuan republik Indonesia. Kelompok radikal saat ini melakukan baiat tidak harus langsung bertemu namun dapat dilakukan secara online.
Sedemikian berbahayannya internet jika digunakan secara salah, oleh karena itu para orang tua harus selalu waspada dan lebih memperhatikan anak-anaknya, jangan sampai karena kelalaian orang tua anaknya kemudian bergabung dengan kelompok radikal.
Lebih jauh ayyub menjelaskan bahwa kelompok radikal adalah kaum hawarij, kelompok yang dalam hadist nabi disebut “Shufahal A’lam” (rusak dan dangkal otaknya) keras kepala tidak mau menerima nasehat “saya bersama BNPT keliling semua penjara, dalam upaya mengajak mereka bertaubat, namun mereka malah berdo’a Ya Allah jadikanlah negara ini penuh kekacauan agar terjadi jihad karena dengan jihad akan datang keberkahan, demikianlah hawarij orang yang sudah rusak dan dangkal otaknya.
Diakhir paparannya ayyub mengatakan bahwa BNPT tidak pernah menutup situs Islam, yang ditutup adalah konten berbahaya paham radikalisme dan bersama BNPT pula berkeliling ke berbagai daerah berusaha mencegah paham radikal, menyampaikan Islam rahmatan lil’alamin.