Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bergerak cepat menyusun System Operational Standard (SOP) Sistem Keamanan Instalasi Kilang Minyak dan Pendidikan Kerjasama (Sekolah Internasional). Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi aksi terorisme yang semakin nyata.
“Seperti kita ketahui, aksi terorisme akhir-akhir ini sangat meresahkan. Memang kejadiannya masih di Timur Tengah, seperti bom yang menghancur bus polisi di Turki beberapa hari kemarin. Serangan mereka frontal dan Indonesia selama ini memang telah menjadi incaran. Bisa juga mereka berpikir akan melakukan serangan lagi dan itu sasarannya ke negara kita, terutama tempat-tempat strategis. Itulah alasan SOP ini harus segera terwujud,” ungkap Direktur Perlindungan BNPT Brigjen Pol Herwan Chaidir saat memberikan pembekalan pada Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Database Sistem Keamanan Lingkungan Pendidikan Kerjasama dan Obyek Vital Kilang Minyak Dalam Menghadapi Ancaman Terorisme di Hotel Treva, Jakarta, Rabu (8/6/2016).
Dari kacamatan Brigjen Herwan, Kilang Minyak dan Sekolah Internasional adalah tempat-tempat strtegis yang rawan dengan ancaman terorisme. Kalau para terorisme bisa menyusup dan meledakkan bom di tempat tersebut, tentu akan menimbulkan kegaduhan yang luar biasa. Khusus lingkungan internasional seperti sekolah internasionoal, ia yakin akan jadi masalah besar. Entah modus apa, penculikan atau lainnya seperta tembakan membabi buta seperti di Amerika Serikata, pasti dampaknya akan besar
“Mereka terang-terangan melakukan aksinya dan tidak punya batasan kemanusiaan lagi. Bahkan nyawa pun mereka pasrahkan untuk melakukan amaliyahnya. Apalagi mereka bisa membuat berbagai bom seperti bom ransel, bom mobil, dan bom timer. Semua perlu diantsipasi. Semoga SOP ini bisa menjawab dan menghasilkan langkah antisipasi yang baik,” imbuh Brigjen Herwan.
Menurut Brigjen Herwan Chaidir, aksi terorisme tidak akan selesai karena stimulannya banyak. Dulu NII, terus Al Qaeda, dan terakhir ISIS. “Orangnya itu-itu juga, pahamnya itu-itu juga. Mereka berani bunuh diri karena dalam konteks amaliyah. Kalau mati dalam kondisi itu, jaminan mereka katanya surge. Apalagi dilakukan di bulan Puasa. Padahal semua itu ngawur,” tukas Brigjen Herwan.
Kembali ke konteks itu, kilang minyak dan sekolah internasional perlu waspada. Apalagi ada data sebuah kilang minyak yang kawat pengamanannya bisa diputus hanya dengan gunting kuku.
“Kita perlu prihatin dari data di 8 provinsi yang didapat masih banyak sistem keamanan yang sangat lemah. Jangan karena kilang ditengah laut, jadi tidak mungkin ada ancaman terorisme. Ini zaman edan, apa yang tidak mungkin,” ungkap Brigjen Herwan.
Untuk itu, ia meminta para tim ahli untuk melakukan penyusunan secara obyektif. Ia menambahkan bahwa di satu provinsi, tim ahli yang disebar mendapat 12 sampai 13 temuan. “Jangan gebyak uyah, tapi harus ada kategori seperti baik, cukup, dan kurang. Saat menuju SOP, kita ambil poin-poin yang baik agar SOP juga nantinya menjadi baik,” pungkas Brigjen Herwan Chaidir.