Jakarta – Mantan teroris Abu Tholut alias Imron Baihaqi siap membantu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam memerangi paham kelompok militan Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS). Pernyataan itu diungkapkan Abu Tholut setelah bersama beberapa mantan teroris lainnya seperti Abdul Rahman Ayub, Nasir Abbas, Ghazali, Toni Togar, dan lain-lain melakukan sharing dan komunikasi dengan BNPT di Jakarta, Jumat (11/12/2015). Pada pertemuan ini pihak BNPT diwakili Direktur Pembinaan Kemampuan Deputi II BNPT Brigjen (Pol) Drs Rudy Sufahriadi.
“Pertemuan ini sangat positif dan konstruktif, minimal untuk memecahkan kebuntuan antara pihak pemerintah yang menangani terorisme dalam hal ini BNPT dengan mereka yang pernah terlibat kasus terorisme, napi terorisme, dan mantan napi terorisme. Ini akan menjadi fondasi awal untuk membangun pondasi yang konstruktif dalam mencegah kembali terjadinya aksi terorisme di Indonesia,” kata Abu Tholut yang pernah terlihat pelatihan militer di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) ini.
Menurutnya, komunikasi intensif dan wakil pemerintah dan wakil masyarakat, dalam tanda petik dari kelompok radikal, sangat penting sehingga di kemudian hari ada gerakan yang sinergis dalam pencegahan terorisme. “Kalau sudah sinergi, maka jalannya pasti akan selaras. Selama ini pencegahan terorisme yang dilakukan BNPT sudah cukup bagus, tapi masih ada yang kurang. Memang masih belum sempurna, makanya harus disempurnakan.Jangankan masalah terorisme yang parsial, masalah yang global yaitu tujuan kemerdekaan juga sepenuhnya belum tercapai,” tegas Abu Tholut.
Terkait keberadaan kelompok militan ISIS yang sekarang disebut sebagai teroris nomor satu dunia pasca Al Qaeda, Abu Tholut menilai saat ini ancaman terorisme lebih variatif. Dulu ia mengungkapkan bahwa terorisme dipicu oleh permusuhan tunggal dengan Amerika Serikat dengan kelompok Al Qaeda, terutama menyangkut kebijakannya terhadap umat Islam setelah terjadinya aksi bom World Trade Centre (WTC)
“Sekarang timbul ISIS sehingga lebih variatif. Mereka (ISIS) sasarannya bukan AS sebagai prioritas, bahkan orang biasa saja bisa dianggap musuh atau murtad bila tidak sepaham. Contohnya peristiwa di Sudan, Irak, dan Paris. Kita berharap hal itu tidak terjadi di Indonesia. Caranya jangan sampai ISIS berkembang di Indonesia,” tutur Abu Tholut.
Caranya agar ISIS tidak masuk ke Indonesia, sambung Abu Tholut, umat Muslim Indonesia jangan sampai terekrut oleh propaganda paham ISIS. Menurutnya, ajaran Islam dan ISIS itu sangat berbeda.
“Dalam terminologi Islam, para ulama mengatakan mereka itu sebagai kelompok hawaritz dan diluar kelompok Ahlussunnah wal Jamaah yang mayoritas di Indonesia. Bila ISIS berkembang di Indonesia maka akan terjadi konflik internal di masyarakat sehingga negara ini tidak stabil. Jadi mulai sekarang kita harus bisa membentengi diri dari ISIS, agar tidak masuk dan membuat gaduh di Indonesia,” tandas Abu Tholut.