“Terorisme dan radikalisme yang berkembang saat ini telah begitu mengkhawatirkan karena dua paham kekerasan ini sudah bersifat global”, demikian disampaikan oleh Kepala Biro Umum BNPT, Anwar Sanusi, M.T, M.M. khusus untuk maslaah ISIS, Anwar menyatakan bahwa dukungan sebagian WNI terhadap kelompok teroris ini juga sangat mengkhawatirkan, karenanya penyusunan Rencana Aksi Nasional (RAN) ini dimaksudkan sebagai salah satu solusi penyelesaian masalah terorisme yang mengedepankan soft approach dalam penanganannya.
Di hadapan para wakil kementrian, lembaga, LSM, serta akademisi yang diundang untuk membantu memperkuat draft RAN itu, Anwar juga menjelaskan bahwa untuk mengatasi masalah terorisme hal utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dengan menyasar pada sumber-sumber utama penyebab terorisme, yakni; ketidakadilan, khususnya atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang dipandang merugikan masyarakat, balas dendam atas kejadian masa lalu, ketidakpuasan masyarakat dari kebijakan yang ada, adanya kesenjangan sosial dan faktor kemiskinan (bagian kecil).
Langkah BNPT yang menyusun RAN Pencegahan terorisme ini disambut baik oleh seluruh peserta yang hadir pada Focus Group Discussion (FGD) yang dilaksakan hari ini, Rabu 2 Desember 2015, di Hotel Treva Jakarta Pusat. Para peserta mampu memberikan masukan konstruktif serta kesediaan untuk menjadi mitra strategis BNPT dalam penanggulangan masalah terorisme, khususnya dalam hal pencegahan. Sehingga dengan sinergitas yang terbangun ini tentunya masalah penanggulangan terorisme akan dapat dilakukan secara lebih baik dan menyeluruh.
Minimal, kehadiran RAN ini dapat berfungsi untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap terorisme; bersepakat bahwa terorisme adalah kejahatan luar biasa yang harus dilawan, demikian jelas Achmad Maulani, Ph.D, konsultan Blueprint pencegahan BNPT. Ia juga menekankan bahwa FGD ini dimaksudkan untuk menggali usulan-usulan yang sifatnya rigid dan inovatif yang dapat diimplementasikan dan dimatrikskan (output/outcome)