Perdebatan tentang tema agama dan terorisme masih tetap hangat untuk dibicarakan, beberapa kelompok sangat percaya bahwa agama memiliki kaitan kuat terhadap setiap pemikiran dan aksi terorisme, hal ini didasari pada fakta bahwa para pelaku teror hampir selalu menghias diri dengan aksesoris-aksesoris agama, mereka pun mendaku diri sebagai bagian penting dari umat agama. Di sisi lain, tidak sedikit pula golongan yang sangat yakin bahwa agama tidak ada hubungannya sama sekali dengan kegilaan yang bernama terorisme.
Pendapat terakhir di atas didasari pada membludaknya ajaran-ajaran agama yang mengedepankan kasih sayang dan cinta kasih terhadap sesama. Bagi mereka, terorisme tidak lebih dari upaya untuk mencari pembenaran dalam agama atas setiap kejahatan yang begitu dipujanya.
Terorisme memang tidak selalu identik dengan agama, ada banyak aksi teror lain yang dilakukan tidak atas nama agama. Hanya saja belakangan ini aksi terorisme hampir selalu diidentikkan dengan agama, mereka yang melakukan aksi teror terlalu mudah melempar klaim-klaim agama untuk mencari pembenaran untuk semua kebiadaban yang mereka lakukan. Para teroris tahu betul bahwa agama dapat digunakan sebagai ‘bahan jualan’ yang cukup menjanjikan.
Janji-janji surga ternyata masih ampuh untuk mengelabuhi banyak orang agar mau bergabung dan berbuat onar. Mereka yang kepalanya disesaki dengan janji akan dinikahi bidadari menjadi terlalu cepat lupa diri, akhirnya, “jihad” mereka jadikan sebagai ajang melarikan diri dari kesusahan dan kemalangan hidup yang mereka alami.
Sisi-sisi misterius pada agama digunakan secara sembarangan oleh kelompok teroris untuk menarik pehatian massa. Perkara surga dan neraka yang tidak mudah dilihat kasat mata dijadikan bahan utama untuk terus menerus berbuat aniaya. Sementara kelompok masyarakat yang hidup dalam kesusahan dan kebimbangan tidak menemukan pilihan lain selain menelan mentah-mentah bualan tentang kekerasan yang pasti disenangi tuhan.
Mereka yang dulu percaya bahwa aksi membunuh sesama bisa mengantar mereka ke surga kini harus berhadapan dengan kenyataan yang menyakitkan: mereka telah tertipu! Niatan membela agama justru mengantar mereka menjadi penjahat kelas dunia. Beberapa dari mereka yang sadar telah tertipu itu dirudung penyesalan yang luar biasa, mereka tidak pernah menyangka orang yang ia yakini sebagai khilafah ternyata menipunya mentah-mentah.
Luapan penyesalan itu kini mulai menyesaki kelompok teroris ISIS, laporan yang dirilis oleh The International Center for the Study for Radicalization (ICSR) dari King’s College yang bermarkas di London menunjukan sejumlah besar anggota ISIS yang kecewa dengan kelompok yang mendaku diri sebagai pembawa mandat Tuhan itu. Bayangan mereka tentang negara agama yang akan mendatangkan kemakmuran buyar lantaran aksi-aksi brutal dan korup yang ditunjukkan oleh para pemimpin ISIS.
Korupsi dan kebiasaan untuk main hakim sendiri adalah sebagian kecil bukti bahwa kelompok ISIS sama sekali tidak sedang menjalankan ajaran Islam. Bahkan sangat mungkin, mereka sebenarnya tidak pernah butuh agama; mereka hanya ingin terus berbuat aniaya dan menjadi gila.