Mensos: Tak ada Hubungan Sama Sekali Islam dan Terorisme

JAKARTA – Kemiskinan merupakan pintu masuk radikalisme dan terorisme bagi genarasi muda.

Kementerian Sosial (Kemensos) mengajak para pihak terkait untuk berupaya mencegah dan memberikan pemahaman yang benar.

“Kemiskinan salah satu pintu masuk akar radikalisme dan terorisme, ” ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa di acara Training of Trainer (ToT) Early Warning Pemahaman Radikal Terorisme bagi Perempuan dan Pemuda se-Sulawesi Selatan, Senin (28/9/2015).

Tak hanya itu, faktor keluarga memiliki peran dan pengaruh sangat signifikan akan munculnya akar radikal dan terorisme. Maka, diperlukan peran para religious leader untuk memberikan pemahaman yang benar terhadap para follower atau pengikutnya.

“Di sini, diperlukan peran strategis dari para religious leader untuk memberikan pemahaman ajaran agama yang benar kepada para pengikutnya, bukan sebaliknya malah melegitimasi terhadap perbuatan teror, ” pintanya.

Kunci perdamaian bukan terdapat di pemerintah melainkan ada pada keluarga. Sebab, di lingkungan keluarga itulah ada nuansa pendidikan akan nilai-nilai yang diantut oleh kedua orangtuanya terhadap anak-anaknya. Mengutip penyataan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bahwa negaranya tidak memerangi Islam dan tidak ada kaitannya radikalisme dan terorisme dengan label agama manapun, terlebih umat muslim yang berjumlah satu miliar lebih.

“Kemiskinan dan minimnya pendidikan merupakan lahan subur dan tumbuhnya paham radikalisme dan terorisme di dunia. Jadi, melawan kemiskinan diharapkan bisa memiliki signifikansi terhadap terorisme, ” katanya.

Selain itu, di daerah-daerah yang sangat terbatas terhadap akses ekonomi, pendidikan dan informasi menjadi sumber dan ladang paham radikal dan terorisme. Tak heran, ada motivasi ekonomi di balik para pemuda yang tertarik bergabung dengan ISIS.

“Fakta terbaru terungkap, para pemuda yang tertarik bergabung dengan ISIS itu diiming-iming akan mendapatkan gaji Rp 40 juta per bulan, ” katanya.

Bahkan para pemuda yang berasal dari negara-negara Eropa tertarik dengan ISIS itu, selain akan mendapatkan gaji bulanan juga dijanjikan akan mendapatkan seorang istri.

“Keluarga-keluarga di Eropa diminta membujuk dan memberikan pemahaman agar para pemuda mereka kembali ke lingkunan keluarga dan keluar dari paham radikalisme,” ujarnya.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kemensos, ambil bagian dengan melakukan penguatan peran keluarga dan meningkatkan keserasian sosial, serta mengoptimalkan rehabilitasi sosial bagi bekas anggota ISIS di Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC).

“Kami sudah lama menjalin kerja sama dengan Densus 88 Mabes Polri, terutama untuk merehabilitasi sosial bagi mereka yang terlibat ISIS dan gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia di RPTC, ” katanya.

Sumber : TribunNews