Toleransi Jadi Modal Sosial, MUI Banjarmasin Satukan Tokoh Lintas Agama

Toleransi Jadi Modal Sosial, MUI Banjarmasin Satukan Tokoh Lintas Agama

Merawat Damai Kota Seribu Sungai, MUI Banjarmasin Perkuat Sinergi Lintas Iman

Toleransi Bukan Sekadar Slogan, MUI Banjarmasin Konsolidasikan Tokoh Agama

Belajar dari Sejarah, Banjarmasin Teguhkan Komitmen Hidup Rukun

Jelang Agenda Besar Keagamaan, MUI Banjarmasin Ajak Lintas Agama Jaga Harmoni

MUI Banjarmasin Dorong Toleransi sebagai Fondasi Keamanan dan Pembangunan

Rewrite Berita

Banjarmasin — Upaya menjaga harmoni di tengah masyarakat majemuk terus diperkuat di Kota Banjarmasin. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarmasin menggagas penguatan sinergi lintas agama sebagai langkah strategis merawat toleransi yang selama ini telah terbangun dengan baik.

Pemerintah Kota Banjarmasin menyambut positif inisiatif tersebut. Asisten I Bidang Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Banjarmasin, Dr. Machli Riyadi, menilai dialog dan penyamaan persepsi antar tokoh agama menjadi kunci menjaga stabilitas sosial di daerah dengan latar belakang agama dan budaya yang beragam.

“Kegiatan ini penting karena melibatkan seluruh unsur lintas agama. Toleransi bukan hanya soal hubungan sosial, tapi juga berdampak langsung pada rasa aman dan kenyamanan masyarakat,” ujar Machli saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) MUI Banjarmasin, Selasa.

FGD tersebut membahas peran strategis tokoh agama sekaligus implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2023 tentang Toleransi Kehidupan Bermasyarakat. Machli menegaskan, dukungan terhadap regulasi ini harus diwujudkan melalui peran aktif para pemuka agama di akar rumput.

Menurutnya, kondisi sosial yang damai merupakan prasyarat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. “Tanpa toleransi dan ketentraman, sulit berharap ada investasi dan kemajuan. Ini tanggung jawab kita bersama,” katanya.

Machli juga mengingatkan bahwa Banjarmasin pernah mengalami konflik sosial besar pada 1997 yang dikenal sebagai peristiwa Jumat Kelabu. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga agar perbedaan pandangan, keyakinan, maupun suku tidak kembali memicu perpecahan.

“Kita tidak ingin sejarah kelam itu terulang. Karena itu, peran tokoh agama sangat vital untuk terus mengedukasi umat agar menjaga perdamaian,” tegasnya.

Ia menambahkan, tantangan menjaga toleransi semakin relevan menjelang sejumlah agenda besar keagamaan pada Desember, seperti perayaan Natal dan Tahun Baru serta Haul Akbar KH Muhammad Zaini bin Abdul Gani (Guru Sakumpul) yang diperkirakan dihadiri ratusan ribu hingga jutaan jemaah.

“Kota Banjarmasin akan menjadi jalur lintasan utama jamaah. Ini membutuhkan kerja sama semua pihak agar keamanan, ketertiban, dan kenyamanan tetap terjaga,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komisi Hubungan Antar Umat Beragama MUI Kota Banjarmasin, H. Guruh Pandingan, menyampaikan bahwa FGD tersebut dirancang sebagai ruang konsolidasi lintas iman untuk memperkuat komitmen bersama dalam merawat toleransi.

Ia menekankan pentingnya peran tokoh agama sebagai teladan dalam menyampaikan pesan damai kepada umat masing-masing. “Kita perlu terus saling menguatkan agar toleransi tidak berhenti sebagai wacana, tetapi benar-benar hidup di tengah masyarakat,” pungkasnya. (TA)

“Selain mempererat hubungan antarumat beragama, forum ini juga menjadi wadah menyikapi dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Perda Toleransi,” jelas Guruh.