Ambon — Tim Cegah Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Maluku Densus 88 Antiteror Polri memberikan edukasi pencegahan penyebaran paham Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme (IRET) kepada siswa SMP Negeri 14 Ambon, Sabtu (13/12/2025).
Ketua Tim Cegah Satgaswil Maluku, Iptu Irawan Rumasoreng, mengatakan pelajar tingkat SMP/MTs merupakan kelompok usia yang rentan terpapar paham radikal, terutama melalui media sosial dan platform digital.
“Terorisme bukan ajaran agama tertentu. Ia merupakan proses panjang yang bermula dari sikap intoleran, berkembang menjadi radikalisme dan ekstremisme, hingga berujung pada tindakan teror,” ujar Irawan dalam kegiatan tersebut.
Ia menjelaskan, anak-anak dan remaja saat ini menjadi sasaran empuk kelompok radikal karena tingginya aktivitas di ruang digital, termasuk media sosial dan gim daring. Karena itu, siswa diimbau untuk lebih bijak dalam menyaring informasi serta pergaulan di dunia maya.
Dalam pemaparannya, Tim Cegah Satgaswil Maluku juga mengulas potensi pelaku, pola rekrutmen, serta modus baru yang digunakan jaringan terorisme. Irawan mengungkapkan, di sejumlah daerah telah ditemukan kasus pelajar SMP/MTs yang terpapar paham radikal dan harus ditangani oleh Densus 88 Antiteror Polri.
Selain itu, para siswa diberikan pemahaman mengenai bentuk-bentuk perilaku intoleran dan radikal yang kerap muncul di lingkungan sekolah, indikator awal perubahan sikap, serta dampak buruk yang ditimbulkan bagi individu dan lingkungan sosial.
Kepada pihak sekolah, Tim Cegah Satgaswil Maluku mengimbau agar guru lebih peka terhadap perubahan perilaku siswa, seperti menarik diri dari pergaulan, menutup diri, atau enggan mengikuti kegiatan sekolah, yang dapat menjadi tanda awal paparan paham radikal.
Kepala SMP Negeri 14 Ambon, Ramli, S.Pd., menyampaikan apresiasi atas kegiatan edukasi tersebut. Menurutnya, peran sekolah sangat penting dalam membentengi peserta didik dari pengaruh paham intoleransi dan radikalisme.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Cegah Satgaswil Maluku atas pembinaan yang diberikan. Kegiatan ini sangat penting untuk menanamkan nilai toleransi dan kebangsaan sejak dini,” kata Ramli.
Ia menambahkan, materi yang disampaikan akan ditindaklanjuti dalam proses pembelajaran agar nilai toleransi, cinta damai, dan kebhinekaan benar-benar terinternalisasi dalam kehidupan sekolah.
“Sekolah tidak bisa bekerja sendiri. Sinergi dengan aparat dan seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk menjaga lingkungan pendidikan tetap aman dan kondusif,” pungkasnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!