Depok – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok meningkatkan upaya pencegahan paham radikal di lingkungan sekolah melalui Workshop Kebangsaan Pencegahan Terorisme di Lingkungan Pendidikan. Kegiatan ini digelar di Aula Lantai 10 Gedung Dibaleka 2, Balai Kota Depok, pada Kamis (27/11), dan dibuka langsung oleh Kepala Disdik Kota Depok, Siti Chaerijah Aurijah.
Dalam sambutannya, Siti menegaskan bahwa penguatan karakter kebangsaan menjadi bagian penting pembentukan nilai dan integritas peserta didik. Menurutnya, derasnya arus teknologi dan keterhubungan pelajar dengan ruang digital membuat mereka semakin rentan terpapar ideologi ekstrem.
“Lingkungan pendidikan memang menjadi sasaran empuk penyebaran paham berbahaya. Karena itu, kita perlu memberikan pemahaman yang benar sekaligus membangun benteng kebangsaan yang kuat,” ujarnya kepada Radar Depok.
Siti menilai bahwa nilai-nilai Pancasila, toleransi, semangat persatuan, dan cinta tanah air harus terus dikuatkan dalam proses pembelajaran. Ia juga menekankan urgensi literasi digital, mengingat penyebaran paham radikal kini banyak terjadi melalui media sosial, ruang percakapan online, maupun akun anonim.
Dengan penguatan tersebut, siswa diharapkan mampu mengenali propaganda, memilah informasi, serta menolak ajakan yang menjerumuskan. “Literasi digital menjadi salah satu kunci pencegahan,” tambahnya.
Siti mengapresiasi kolaborasi antara Pemkot Depok, Disdik Jawa Barat, Densus 88, sekolah, keluarga, dan masyarakat yang turut memperkuat program pencegahan radikalisme. Ia menilai workshop ini bukan sekadar forum pelatihan, tetapi investasi jangka panjang untuk mewujudkan Depok sebagai kota yang aman dan berkarakter.
Ia juga mengungkapkan kemungkinan adanya sosialisasi lanjutan ke sekolah-sekolah yang saat ini tengah dibahas bersama Densus 88, dan ditargetkan bergulir pada 2026.
“Harapan kami sederhana: tidak ada satu pun anak bangsa yang terpapar ideologi teror. Mereka harus mendapat bekal karakter kuat sejak dini,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdik Depok, Muhammad Yusuf, menyebut workshop ini menyasar guru bimbingan konseling (BK) dari jenjang SD hingga SMA. Menurutnya, banyak guru belum mendapatkan pelatihan memadai terkait isu terorisme dan pola perekrutannya.
“Tujuannya agar guru dapat mendeteksi dini dan mencegah potensi tindakan terorisme di sekolah. Penyebarannya sekarang sudah menyasar pelajar,” jelasnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!