Redam Intoleransi dan Hoaks, Pemuda Papua Tengah Didorong Jadi Benteng Kebhinekaan

Nabire — Pemerintah Provinsi Papua Tengah terus mendorong penguatan karakter kebangsaan di kalangan pelajar. Salah satunya melalui kegiatan pembumian nilai-nilai Pancasila yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Papua Tengah di Aula Hotel JDF Nabire, Sabtu (22/11/2025).

Kepala Kesbangpol Papua Tengah, Albertus Adii, dalam sambutannya menegaskan bahwa Pancasila harus menjadi pegangan generasi muda di tengah derasnya arus perkembangan teknologi dan derasnya informasi.

“Teknologi berubah cepat, informasi mengalir tanpa batas. Namun Pancasila tetap menjadi kompas moral yang menjaga kita sebagai satu bangsa,” ujarnya.

Albertus mengatakan, generasi muda—terutama para anggota Paskibraka—memegang peran strategis sebagai wajah nasionalisme di daerah.

“Pengibaran bendera bukan sekadar tugas upacara 17 Agustus. Kalian adalah duta Pancasila, panutan bagi lingkungan sekolah, kampung, hingga ruang digital,” tuturnya.

Ia mengingatkan bahwa pembumian Pancasila harus terwujud dalam tindakan, bukan hanya hafalan atau seremoni. Papua Tengah, kata Adii, adalah ruang bersama yang dihuni beragam suku dan latar budaya. Karena itu, generasi muda harus tampil sebagai penjaga kebhinekaan.

“Nilai ketuhanan membimbing kita untuk bermoral dan toleran; kemanusiaan mendorong empati; persatuan menjaga kedamaian; kerakyatan mengajarkan musyawarah; dan keadilan menumbuhkan karya tanpa diskriminasi,” paparnya.

Pemerintah berharap kegiatan seperti ini bisa berkembang menjadi gerakan nyata pemuda, mulai dari menangkal hoaks, menjaga kerukunan, memperkuat gotong-royong, hingga menjauhi perilaku intoleran.

“Generasi muda harus tidak hanya memakai atribut Merah Putih, tetapi menghidupkan semangatnya dalam keseharian,” tegas Adii sebelum menyerukan “Salam Pancasila” yang disambut antusias para peserta.

Ketua panitia, Maikel Gobay, mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi upaya strategis menjawab tantangan sosial dan derasnya provokasi digital.

“Pemuda adalah sasaran empuk informasi sesat. Karena itu karakter kebangsaan mereka harus diperkuat agar mampu memilah informasi dan teguh pada jati diri bangsa,” jelasnya.

Ia menyebut peserta dipilih dari anggota aktif dan purna Paskibraka karena mereka telah memiliki dasar kedisiplinan dan semangat nasionalisme.

Narasumber yang dihadirkan meliputi Rizki Hari FP dari tim Preventif Densus 88 AT Mabes Polri wilayah Papua, Samuel Sauwyar dari FKBN Papua Tengah, serta Supami mewakili Purna Paskibraka Papua Tengah. Mereka memberikan pemahaman tentang berbagai ancaman ideologi seperti intoleransi, radikalisme, disinformasi, hingga terorisme.

Kegiatan diikuti 150 peserta, mencakup Paskibraka tingkat provinsi hingga kabupaten.