Salah Satu Tersangka Perekrut Anak ke Jaringan Terorisme Berafiliasi dengan ISIS

Jakarta — Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri mengungkap bahwa salah satu dari lima tersangka perekrut anak ke jaringan terorisme yang ditangkap dalam setahun terakhir diketahui terafiliasi dengan kelompok ISIS.

Kelima tersangka tersebut adalah FW alias YT, LM (23), PP alias BBMS (37), MSPO (18), dan JJS alias BS (19).

Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menjelaskan bahwa salah satu dari mereka merupakan “pemain lama” yang pernah dipidana dalam kasus terorisme.

“Untuk pemain lama yang ditangkap pertama kali oleh Densus 88, diketahui jaringannya berasal dari jaringan ISIS atau Ansharut Daulah,” ujarnya, Selasa, di Jakarta.

Mayndra tidak mengungkapkan inisial tersangka tersebut, namun menegaskan bahwa yang bersangkutan telah menjalani hukuman, kemudian kembali aktif melakukan rekrutmen anak setelah bebas.

“Dia sudah menjalani proses hukum. Kemudian setelah lepas, dia coba lagi merekrut beberapa anak,” kata Mayndra.

Dari penangkapan pemain lama itu, Densus 88 berhasil mengembangkan kasus sehingga empat tersangka lainnya turut diamankan.

Modus Rekrutmen di Ruang Digital

Mayndra memaparkan bahwa para tersangka memanfaatkan ruang digital sebagai pintu masuk rekrutmen, mulai dari media sosial hingga gim daring. Pada platform media sosial umum, mereka menyebarkan narasi dan fantasi tertentu yang dirancang untuk menarik perhatian anak.

Di gim daring, pendekatan dilakukan melalui fitur obrolan dalam permainan. Setelah komunikasi terbangun, anak diarahkan bergabung ke grup tertutup pada aplikasi yang terenkripsi.

“Dari awal tidak langsung menuju ideologi terorisme. Anak-anak dibuat tertarik dulu, kemudian mengikuti grup, lalu diarahkan ke grup yang lebih privat. Di sana proses indoktrinasi berlangsung,” jelasnya.

Pencegahan Fisik dan Ideologis

Selain penindakan, Densus 88 juga melakukan pencegahan baik dari sisi ideologi maupun upaya mengantisipasi potensi aksi teror di fasilitas vital nasional. Mayndra mengungkapkan bahwa aparat sempat mengamankan satu pelaku yang berencana menyerang Gedung DPR RI.

“Artinya, preventive strike yang dilakukan Densus bertujuan melindungi keamanan objek vital negara dan keselamatan umum, termasuk anak-anak yang sempat direkrut,” ujarnya.