Jakarta — Intoleransi, kekerasan, dan bullying menjadi momok menakutkan bagi dunia pendidikan Indonesia. Kemajuaan era digital menjadikan ketiga ancaman itu semakin berbahaya bagi generasi masa depan bangsa. Kasus peledakan bom di SMAN 72 Jakarta menjadi bukti, kemajuan teknologi bisa menjadi seseorang terpapar paham-paham kekerasan yang merusak pola pikir mereka.
Hal itulah yang membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus bergerak membuat langkah-langkah pencegahan. Salah satunya dengan menggelar “Deklarasi Pelajar Damai” yang digelar serantak di sekolah-sekolah di lima lokasi Desa Siap Siaga BNPT di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cirebon. Kegiatan digelar bersamaan dengan Upacara Bendera rutin hari Senin (17/11/2025).
“Deklarasi Pelajar Damai” yang diikuti ribuan siswa ini mendeklarasikan komitmen bersama mewujudkan “Pelajar Damai” sebagai upaya mencegah intoleransi, kekerasan, dan bullying di lingkungan pendidikan. Deklarasi yang digelar dengan suasana khidmat itu menegaskan kembali peran sekolah bukan hanya sebagai tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan akhlak.
Di Kabupaten Pandeglang, Banten, “Deklarasi Pelajar Damai” digelar di Kecamatan Menes digelar sekitar 16 SMA/SMK/SMP. Mulai dari Camat Menes Usep Sudarmana S.Ip., Danramil 0106-Menes Lettu Inf Ibna Suhar, Kapolsek Menes Kompol Didik Sulistya sampai jajaran Babinsa, Bhabinkamtibmas dikerahkan menjadi pembina upacara.
Di Kecamatan Pasirjambu Kabupatan Bandung, deklarasi di digelar di 9 SMA/SMK. Kemudian di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, di 18 SMA/SMK, sementara di Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak di 15 SMA/SMK, dan di Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon digelar di 6 SMA/SMK.
Seperti SMAN 4 Pandeglang upacara diikuti sekitar 1300 pelajar sekkolah tersebut. Bertindak sebagai Pembina Upacara Danramil Menes Lettu Inf Ibna Suhar. Pada kesempatan itu, Lettu Ibna Suhar membacakan amanat yang dari BNPT. Ia mengajak para pelajar diajak merenungkan kembali bahwa keberagaman adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sekolah. Perbedaan latar belakang, agama, penampilan, hingga kondisi keluarga kerap menjadi alasan munculnya tindakan merendahkan atau mengejek teman sebaya. Padahal, menurut para penyelenggara, bentuk sekecil apa pun dari ejekan, pengucilan, atau merendahkan adalah tindakan bullying yang harus dihentikan.
“Kekerasan tidak hanya soal fisik. Kata-kata, tatapan meremehkan, dan menjauhkan seseorang dari pergaulan juga bentuk kekerasan yang menyakiti,” ujarnya.
Selain bullying, para pelajar juga diberikan pemahaman mengenai bahaya sikap intoleran, yakni merasa paling benar dan menolak perbedaan. Para pembina menekankan bahwa nilai-nilai kebangsaan Indonesia dibangun di atas keberagaman, sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, intoleransi yang tumbuh di lingkungan pendidikan dinilai dapat mengancam harmoni sosial.
Deklarasi “Pelajar Damai” ini menekankan tiga komitmen utama: Mewujudkan sekolah sebagai ruang aman dan damai, tanpa rasa takut, kebencian, maupun diskriminasi, Menumbuhkan budaya saling menghargai, termasuk keberanian untuk menolong teman yang menjadi korban intimidasi; Menjadi agen perdamaian, yaitu pelajar yang berani menyebarkan kebaikan, empati, serta melindungi satu sama lain.
Para siswa juga diajak untuk lebih aktif menciptakan lingkungan positif. Jika melihat teman berbeda, mereka diminta untuk merangkul, bukan menjauhi. Jika melihat teman disakiti, mereka didorong untuk tidak berdiam diri dan mencari bantuan pihak yang tepat.
“Kekuatan pelajar bukan pada otot, tetapi pada hati yang memahami, menghargai, dan melindungi sesama,” tegas salah satu penyelenggara.
Melalui deklarasi ini, sekolah diharapkan menjadi tempat lahirnya generasi muda yang cerdas, berakhlak, dan berjiwa toleran. Para siswa mendukung penuh gerakan “Sekolah Damai” sebagai langkah nyata menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan aman bagi semua. Kegiatan ditutup dengan pembacaan deklarasi bersama dan komitmen menjaga sekolah sebagai ruang belajar yang bebas dari intimidasi serta kekerasan dalam bentuk apa pun. Dengan semangat ini, para pelajar berharap dapat menjadi bagian dari perubahan menuju Indonesia yang lebih damai dan beradab.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!