FKUB Sulteng Serukan Penguatan Moderasi Beragama di Momentum Hari Toleransi Internasional

FKUB Sulteng Serukan Penguatan Moderasi Beragama di Momentum Hari Toleransi Internasional

Palu – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah menegaskan bahwa kunci hidup harmonis di tengah masyarakat majemuk terletak pada kemampuan memahami dan menghargai perbedaan. Pesan itu disampaikan Ketua FKUB Sulteng, Prof. Zainal Abidin, pada peringatan Hari Toleransi Internasional yang digelar di Palu, Sabtu (16/11).

Zainal menilai kerukunan bukan berarti meleburkan ajaran masing-masing agama, melainkan menghadirkan ruang yang aman dan nyaman bagi setiap pemeluk agama untuk beribadah sesuai keyakinannya tanpa intimidasi. Menurutnya, hidup berdampingan secara damai justru lahir dari pemahaman moderasi beragama yang kuat dan inklusif.

“Kerukunan itu tidak menuntut pengorbanan akidah. Yang penting adalah kemampuan kita membangun pemahaman beragama yang terbuka namun tetap berpegang pada prinsip masing-masing,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa toleransi sejati menghindari pemaksaan serta tidak menuntut penyeragaman. Prinsip tersebut, kata Zainal, menjadi fondasi yang perlu terus ditanamkan kepada seluruh generasi bangsa.

Momentum Hari Toleransi Internasional, menurut dia, selayaknya menjadi pengingat sekaligus penguat semangat hidup damai, terutama di tengah meningkatnya tantangan intoleransi dan ekstremisme yang dapat memecah belah masyarakat.

“Iman harus kokoh, tetapi hati harus lapang dalam menerima keberagaman,” tuturnya.

Zainal menjelaskan bahwa moderasi beragama mendorong umat untuk menggunakan akal sehat, bersikap terbuka, serta menghormati pilihan keyakinan orang lain. Dengan cara itu, kehidupan sosial yang saling mendukung dapat terbangun di atas perbedaan.

Ia juga menyampaikan bahwa FKUB Sulteng terus menjalankan berbagai kegiatan penguatan moderasi beragama melalui kolaborasi lintas sektor, mulai dari Satgas Madago Raya, Korem 132 Tadulako, Polda Sulteng, pemerintah daerah, hingga kegiatan penguatan wawasan kebangsaan di kabupaten-kabupaten seperti Donggala.

Zainal berharap seluruh elemen masyarakat menjadikan peringatan ini sebagai pijakan untuk mempererat persaudaraan serta menolak tindakan intoleran dalam bentuk apa pun. “Dengan moderasi beragama yang dipahami secara utuh, kita bisa memastikan kehidupan yang damai, aman, dan rukun di tengah masyarakat yang beragam,” pungkasnya.