Semarang — Dari balik masa lalu yang kelam, kini tumbuh tekad baru. Ummu Iffah, mantan narapidana terorisme (napiter), perlahan menata kembali hidupnya dan berperan aktif di tengah masyarakat Kota Semarang. Melalui berbagai kegiatan sosial dan pelatihan pemberdayaan ekonomi, ia ingin membuktikan bahwa taubat dan perubahan adalah bagian dari ajaran Islam yang penuh rahmat.
Kini, Ummu menjadi anggota aktif Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) — wadah bagi mantan napiter untuk membangun kehidupan baru dan berkontribusi bagi masyarakat. Salah satu kegiatan yang diikutinya adalah Edukasi Pangan Lokal dan Lomba Srikandi Pangan, yang digelar Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang di Hotel Pandanaran, Kamis (6/11/2025). Dalam kegiatan itu, Ummu terlihat berbaur bersama para anggota Tim Penggerak PKK Kota Semarang.
“Alhamdulillah, pelatihan ini menambah wawasan kami tentang bagaimana mengelola sisa makanan menjadi produk baru yang bermanfaat. Bahkan bisa menjadi peluang usaha untuk membantu ekonomi keluarga,” ujar Ummu dengan senyum hangat dikutip dari tribunbanyumas.com.
Dalam pelatihan tersebut, ia belajar membuat mi berbahan dasar kentang bersama tujuh peserta perempuan dan 12 peserta laki-laki dari kalangan anggota Persadani dan keluarga mereka.
Ummu mengaku bersyukur dapat diterima kembali oleh masyarakat, meski prosesnya tidak mudah. Setelah bebas dari masa hukuman, ia sempat menarik diri dan memilih diam. Namun berkat dukungan dari Persadani dan masyarakat, semangatnya untuk berubah perlahan tumbuh.
“Kami berusaha menjadi warga yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan. Hidup ini kesempatan kedua dari Allah SWT untuk memperbaiki diri dan menebar kebaikan,” tuturnya penuh haru.
Pembina Yayasan Persadani, Bripka Purnomo Budi Setiawan, memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Semarang yang membuka ruang bagi mantan napiter dan keluarganya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi kreatif.
“Pelatihan ini bukan hanya tentang kemandirian ekonomi, tetapi juga simbol bahwa mereka diterima kembali sebagai bagian dari masyarakat. Dengan begitu, stigma negatif terhadap mantan napiter bisa perlahan hilang,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang, Listiyati Purnama Rusdiana, yang menegaskan bahwa kegiatan tersebut juga diikuti oleh sejumlah mantan napiter. Menurutnya, inklusi sosial adalah langkah penting dalam membangun perdamaian dan ketahanan masyarakat.
“Mudah-mudahan kehadiran mereka di kegiatan ini menambah keterampilan, memperkuat silaturahmi, dan menunjukkan bahwa siapa pun bisa berubah menjadi lebih baik,” katanya.
Dua tahun pascakeluar dari Lapas Perempuan Bandung, Ummu kini tidak hanya aktif di kegiatan pemberdayaan ekonomi, tetapi juga dipercaya sebagai Ketua Forum Perempuan Lintas Agama di bawah naungan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang). Melalui forum ini, ia bertekad mengajak para perempuan dari berbagai agama untuk menanamkan nilai toleransi, kasih sayang, dan perdamaian di tengah keluarga dan lingkungan.
“Saya belajar bahwa agama apa pun tidak pernah mengajarkan kebencian. Justru dari pemahaman agama yang benar, kita menemukan kedamaian dan cinta tanah air,” ungkapnya.
Sebelumnya Ummu mempunyai jejak kelam sebagai mantan anggota ISIS. Dia juga menjadi bagian dalang penusukan mantan Menko Polhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto saat kunjungan kerja di Pandeglang Banten, Kamis (10/10/2019).
Dia berperan aktif menyiapkan pisau yang digunakan Syahril Alamsyah alias Abu Rara beserta istrinya Fitri Andriana untuk menusuk Jenderal Wiranto saat turun dari mobil dan bersalaman dengan polisi.
Ummu bersama suaminya ditangkap Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di Kampung Kepoh RT 01 RW 04 Nongkosawit Gunungpati Kota Semarang pada tahun 2019 silam.
Dia dijatuhi hukuman selama 4 tahun dan mendekam di Lapas Perempuan Bandung. Dirinya bebas bersyarat pada 12 Januari 2023.
Kisah Ummu menjadi cerminan keberhasilan program deradikalisasi berbasis kemanusiaan dan keagamaan. Ia kini menjadi contoh nyata bahwa dengan bimbingan, kesempatan, dan keimanan yang lurus, siapa pun dapat kembali ke jalan damai — memperkuat NKRI dan menebar rahmat bagi sesama.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!