Denpasar – Mantan narapidana terorisme (napiter) Adnan Salim Kardianto membagikan kesaksiannya tentang bahaya paham radikal dan pentingnya pemahaman agama yang benar dalam kegiatan Sekolah Damai bertema “Menumbuhkan Ketahanan Satuan Pendidikan dalam Menolak Paham Intoleransi, Kekerasan, dan Bullying di Bali” yang digelar di Aula Disdikpora Provinsi Bali, Denpasar, Kamis (6/11/2025).
Dalam kesaksiannya, Adnan menceritakan masa lalunya ketika terlibat aktif menyebarkan paham intoleran melalui pesan singkat dan media sosial hingga akhirnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum.
Ia menuturkan, banyak orang yang terjerumus ke dalam kelompok radikal bukan karena taat beragama, melainkan karena minim ilmu dan tidak memiliki guru yang benar dalam memahami ajaran Islam.
“Kebanyakan yang masuk kelompok teror itu justru orang yang kurang ibadah dan tidak punya guru agama yang tepat. Mereka berpikir secara hitam-putih, benar-salah, tanpa ruang untuk berdialog atau memahami konteks,” ujar Adnan.
Menurutnya, paham radikal lahir dari propaganda ideologi transnasional yang menanamkan keyakinan sempit bahwa kebenaran hanya milik kelompoknya sendiri, sedangkan pihak lain dianggap musuh.
“Kelompok teror sering menggunakan dalil agama yang benar, tetapi ditafsirkan secara sempit untuk membenarkan kekerasan atas nama agama,” jelasnya.
Setelah menjalani pembinaan dan menyadari kekeliruannya, Adnan kini kembali meyakini bahwa Pancasila merupakan ideologi yang sejalan dengan nilai-nilai luhur agama dan mampu menyatukan seluruh elemen bangsa. Ia pun mengajak masyarakat, khususnya generasi muda Bali, untuk tetap waspada terhadap infiltrasi paham radikal yang sering dibungkus dengan narasi keagamaan dan video kekerasan di media sosial.
“Bali memiliki ketahanan sosial yang kuat. Kalau ada kelompok intoleran atau radikal, masyarakatnya cepat tahu dan tidak tinggal diam. Ini keunggulan yang harus dijaga,” pesannya.
Kegiatan Sekolah Damai di Bali ini menjadi bagian dari komitmen Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, harmonis, dan bebas dari pengaruh kekerasan.
Dengan dukungan para guru, tokoh pendidikan, dan masyarakat, nilai-nilai Pancasila, toleransi, dan semangat kebangsaan diharapkan terus tumbuh di kalangan generasi muda Indonesia — menjadikan Pulau Dewata bukan hanya pusat pariwisata dunia, tetapi juga teladan perdamaian dan harmoni antarumat beragama.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!