Ampana – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Tojo Una-Una mengajak para tokoh agama untuk meningkatkan edukasi dan pembinaan keagamaan di kalangan remaja. Langkah ini dinilai penting sebagai upaya mencegah tumbuhnya paham radikal yang bersumber dari pemahaman agama yang keliru.
Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Tojo Una-Una, Mohamad Hamdi, menjelaskan bahwa radikalisme agama kerap muncul akibat penafsiran parsial terhadap konsep jihad dalam Islam. Pemaknaan yang sempit tersebut, ujarnya, berpotensi menimbulkan kekerasan dan tindakan ekstrem yang mencederai nilai-nilai luhur ajaran Islam.
“Islam adalah agama rahmat, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Karena itu, tugas kita sebagai tokoh agama adalah mendorong generasi muda untuk belajar agama secara baik dan benar,” ujar Ustaz Hamdi di Ampana, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, pemahaman keagamaan yang dangkal menjadi tantangan tersendiri di kalangan remaja. Ketika ajaran agama dipahami secara sempit dan tidak utuh, hal itu dapat melahirkan sikap intoleran dan radikal yang berpotensi mengancam kebinekaan bangsa.
“Kesalahan dalam memahami ajaran agama bisa menjerumuskan seseorang pada paham yang keras. Maka pendidikan agama yang benar menjadi benteng pertama dalam menangkal radikalisme,” tegasnya.
Hamdi menambahkan, pemerintah telah menjalankan program deradikalisasi untuk menekan penyebaran paham ekstrem. Namun, keberhasilan program tersebut sangat bergantung pada dukungan tokoh agama, pendidik, dan masyarakat luas.
“Deradikalisasi bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab kita bersama. Para ulama dan tokoh agama perlu bergandengan tangan mencerdaskan umat, agar Islam benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam,” tuturnya
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!