Akui Ada Anggotanya Terpapar Paham Radikal, Polri Komitmen Perkuat Pembinaan Internal

Jakarta — Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengakui adanya sejumlah personel yang terpapar paham radikalisme. Hal ini disampaikan oleh Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (As SDM) Irjen Anwar, dalam diskusi bertajuk “Rekonstruksi Jati Diri Bangsa Merajut Nusantara untuk Mewujudkan Polri Sadar Berkarakter”, Senin (27/10/2025).

Dalam forum tersebut, Irjen Anwar menilai rekonstruksi jati diri bangsa juga harus dimulai dari tubuh Polri sendiri. Ia mengakui masih ada tantangan di bidang SDM, terutama terkait isu intoleransi dan radikalisme di internal kepolisian.

“Saya harus jujur mengatakan, masalah yang kita hadapi di SSDM Polri antara lain intoleransi dan radikalisme. Apakah Polri sudah terpapar? Iya, kita harus akui,” kata Anwar, sebagaimana disiarkan melalui kanal YouTube Divisi Humas Polri.

Anwar menuturkan, beberapa tahun lalu ditemukan kasus polisi wanita (polwan) yang terpapar paham radikal melalui media sosial. Mereka bahkan sempat berencana keluar dari Korps Bhayangkara untuk bergabung dengan kelompok ekstrem.

“Ada dua di Maluku Utara. Mereka rela keluar untuk bergabung dengan kelompok tersebut,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Anwar, sejumlah anggota polisi laki-laki juga diketahui bergabung dengan kelompok Polisi Cinta Sunnah (PCS), yang menurutnya mengajarkan doktrin keagamaan secara keliru.

“Mereka mengatasnamakan pelaksanaan sunnah Nabi, tapi arahnya melenceng. Ujungnya terpapar paham Wahabi yang radikal,” jelas jenderal bintang dua itu.

Sebagai langkah pembinaan, Polri kini memperkuat pendekatan keagamaan dan ideologis bagi seluruh personel. Salah satu upayanya adalah menggelar kegiatan keagamaan secara daring setiap Kamis, untuk seluruh anggota dari berbagai keyakinan.

“Kalau pihak luar bisa mencuci otak lewat media sosial, maka kita juga harus gunakan media sosial untuk mencuci otak anggota kita dengan ajaran yang benar,” ujar Anwar.

Polri menegaskan akan terus memperkuat sistem pembinaan mental dan karakter guna memastikan seluruh anggota tetap berpegang pada nilai-nilai kebangsaan dan semangat moderasi beragama