Sleman – Upaya memperkuat budaya toleransi dan moderasi beragama di lingkungan pendidikan terus digencarkan. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sleman, H. Nadhif, S.Ag., M.S.I., hadir dan secara simbolis menyematkan tanda Relawan Moderasi Beragama pada kegiatan Penguatan Moderasi Beragama bagi Guru Lintas Agama dan Tenaga Kependidikan se-DIY yang berlangsung di Hotel Grand Zuri Malioboro.
Kegiatan yang digelar oleh Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kementerian Agama ini turut dihadiri Kasubag TU H. Sangaji, S.H.I., serta Kasi PAIS Kemenag Sleman Dr. Ali Afandi, S.Ag., M.Ag. yang mendampingi para peserta dari berbagai jenjang pendidikan.
Pembukaan kegiatan disampaikan oleh Prof. Dr. Zainul Hamidi, M.Ag., Sekretaris BMBPSDM, yang juga memberikan pengarahan tentang pentingnya memperkuat pemahaman moderasi beragama di kalangan tenaga pendidik. Sementara itu, sambutan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY disampaikan oleh Abd. Suud, S.Ag., M.Si., selaku Kasubag TU Kanwil Kemenag DIY.
Kegiatan yang berlangsung pada 23–25 Oktober 2025 ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai jenjang sekolah mulai dari TK/PAUD hingga SMA/SMK. Ketua panitia sekaligus Ketua Pokjawas Lintas Agama, Ibnu Karyadi, S.Ag., M.S.I., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia berharap program tersebut dapat menjadi titik awal sinergi berkelanjutan antarpendidik lintas agama.
“Kami berharap kegiatan ini memberi dampak nyata bagi perjalanan Pokjawas dan KKG MGMP lintas agama. Ke depan, kami ingin mengadakan kegiatan yang lebih kreatif dengan jangkauan peserta lebih luas,” ujarnya.
Sejumlah narasumber turut memperkaya kegiatan ini. Prof. Dr. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D., Rektor UIN Sunan Kalijaga, membawakan materi tentang Kebijakan Internalisasi Nilai Moderasi Beragama di Lingkungan Akademik.
Secara daring, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Mustadi, S.Sos., MM, memaparkan materi bertajuk Ruang Akademik sebagai Pilar Harmoni: Praktek Penguatan Moderasi Beragama di Kota Yogyakarta. Ia juga menyinggung Program Sleman Religius, di mana siswa Muslim di SD se-Kabupaten Sleman mengikuti pembiasaan membaca Al-Qur’an setiap Selasa dan Kamis, sementara siswa non-Muslim mempelajari kitab suci masing-masing pada waktu bersamaan.
Sementara itu, Dr. Muhammad Iqbal Ahnaf dari Program Studi Agama dan Lintas Budaya Universitas Gadjah Mada, membahas tema Moderasi Beragama dalam Pendidikan: Peran Guru dalam Membangun Sekolah yang Inklusif dan Toleran.
Selama kegiatan, peserta aktif berdiskusi dalam empat kelompok yang membahas berbagai aspek moderasi beragama di sekolah: kurikulum, tata kelola dan kebijakan, sarana prasarana pendukung, serta monitoring dan evaluasi.
Hasil diskusi diharapkan menjadi modul Moderasi Beragama yang dapat menjadi acuan praktis bagi sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai toleransi, kebersamaan, dan harmoni di lingkungan pendidikan.
“Sasaran akhirnya adalah terbentuknya sekolah yang inklusif dan berkeadaban, di mana moderasi beragama menjadi napas dalam setiap kegiatan pendidikan,” pungkas Nadhif.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!