Jakarta – Dalam upaya memperkuat peran generasi muda madrasah sebagai agen perdamaian dan pencegahan radikalisme, Direktorat Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri bekerja sama dengan Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Bootcamp Genpeace: Penguatan Peran Siswa – Cerdas Digital, Anti Radikal, Cinta NKRI.”
Kegiatan berlangsung selama dua hari, pada 15–16 Oktober 2025, di Villa Palemboko, Sentul, Bogor, dan diikuti 50 siswa-siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) se-Kota Jakarta Selatan. Para peserta merupakan perwakilan aktif dari organisasi OSIS, Pramuka, dan Rohis di masing-masing sekolah, serta didampingi oleh guru pendamping.
Tanamkan Nilai Kebangsaan dan Toleransi
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Selatan, M. Yunus Hasyim, turut mendampingi peserta sejak keberangkatan dari kantor Kemenag hingga lokasi pelatihan. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menumbuhkan semangat toleransi dan cinta tanah air di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
“Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kita hidup dalam masyarakat yang majemuk, dengan perbedaan agama, budaya, dan latar belakang, tetapi semuanya berada dalam satu wadah: Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
Yunus Hasyim menambahkan, nilai-nilai kebangsaan dan toleransi harus menjadi pegangan utama generasi muda madrasah dalam menghadapi tantangan era digital.
“Sebagai warga negara Indonesia, kita harus saling menghormati dan menghargai antar sesama, walaupun berbeda-beda,” tegasnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada para peserta yang terpilih. “Adik-adik dari enam MAN se-Jakarta Selatan ini adalah orang-orang beruntung. Manfaatkan kesempatan ini untuk belajar, berdiskusi, dan memperluas wawasan agar ilmu yang didapat bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,” pesannya.
Perkuat Daya Tangkal terhadap Ideologi Ekstrem
Sementara itu, Kasubdit Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 AT Polri, Moh. Dofir, menjelaskan bahwa program Bootcamp Genpeace merupakan bentuk komitmen bersama dalam menciptakan generasi muda yang tangguh, kritis, dan berjiwa moderat.
“Program ini menjadi langkah konkret untuk memperkuat daya tangkal generasi muda terhadap ideologi ekstremisme dan kekerasan berbasis agama. Melalui sinergi dan kolaborasi lintas sektor, kami ingin menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan inklusif,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa literasi digital dan pemahaman ideologi yang benar menjadi kunci utama dalam mencegah radikalisme, terutama di kalangan pelajar yang aktif di media sosial.
Pembelajaran Interaktif dan Bernuansa Kebangsaan
Selama pelatihan, peserta mendapatkan berbagai materi penting seperti pemahaman ideologi ekstremis, kontra narasi ekstremis di dunia digital, moderasi beragama, kepemimpinan, serta penyusunan rencana tindak lanjut pencegahan radikalisme.
Kegiatan dikemas secara interaktif melalui diskusi kelompok, fun games, capacity building outdoor, serta malam keakraban dan api unggun yang memperkuat solidaritas antar peserta. Selain itu, kegiatan ibadah berjamaah juga menjadi bagian integral dari program untuk menumbuhkan nilai spiritualitas dan kebersamaan.
Membangun Generasi Genpeace Madrasah
Kegiatan Bootcamp Genpeace menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Densus 88 AT Polri dan Kementerian Agama dalam menumbuhkan kesadaran kritis, literasi digital, dan semangat kebangsaan di kalangan pelajar madrasah.
Melalui pelatihan ini, diharapkan lahir generasi muda madrasah yang cerdas digital, cinta damai, dan berjiwa nasionalis, sekaligus menjadi duta perdamaian di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
“Pancasila dan nilai-nilai moderasi beragama harus menjadi pedoman dalam berpikir, bertindak, dan bermedia. Dari sinilah generasi Genpeace dibentuk—generasi madrasah yang mencintai bangsa dan menolak segala bentuk kekerasan,” tutup Dofir.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!