SMA Al-Azhar Mandiri Palu, Laboratorium Toleransi di Tengah Keberagaman

Palu — Sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang penting untuk menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan saling menghargai. Di tengah masyarakat yang majemuk, lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi muda yang memahami makna toleransi dan hidup damai dalam perbedaan.

Salah satu contoh nyata hadir di SMA Al-Azhar Mandiri Palu, sebuah sekolah yang dikenal karena komitmennya dalam membangun budaya toleransi di lingkungan pendidikan. Sekolah ini membuka pintu bagi siswa dari berbagai latar belakang agama — Islam, Kristen, Hindu, Buddha, hingga Konghucu — untuk belajar bersama dalam suasana penuh keharmonisan.

Kepala SMA Al-Azhar Mandiri Palu, Arafat Arsyad, mengatakan bahwa pihaknya menanamkan semangat saling menghormati antarumat beragama sejak hari pertama siswa bergabung. Guru juga berperan aktif membimbing peserta didik agar terbiasa bersikap terbuka dan menghargai keyakinan satu sama lain.

“Kami tidak pernah membeda-bedakan siswa berdasarkan agama. Semua mendapatkan perlakuan yang sama, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan sekolah,” ujar Arafat dikutip dari laman rri.co.id, Jumat (10/10/2025).

Menurutnya, toleransi adalah bagian dari pembentukan karakter dan moral generasi muda. Dalam konteks Indonesia yang majemuk, menghargai perbedaan bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan untuk menjaga persatuan bangsa.

“Kita hidup di negara yang penuh warna, dan keberagaman itu adalah kekuatan. Karena itu, menghormati sesama merupakan hal wajib yang kami tanamkan di sekolah,” tambahnya.

Di SMA Al-Azhar Mandiri Palu, seluruh kegiatan — akademik maupun nonakademik — dilaksanakan secara inklusif. Siswa dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang sama untuk berprestasi, berpartisipasi, dan berkontribusi dalam setiap kegiatan sekolah.

“Dalam setiap lomba, pembinaan, atau kegiatan lainnya, semua siswa diperlakukan sama. Tidak ada perbedaan di mata guru maupun kepala sekolah,” tegas Arafat.

Ia berharap, kebiasaan positif yang diterapkan di sekolah dapat menjadi bekal penting bagi siswa ketika terjun ke masyarakat. Sikap terbuka, saling menghargai, dan menghormati keyakinan orang lain diyakini akan melahirkan generasi yang berkarakter, berakhlak, dan cinta damai.

“Kami ingin anak-anak kami tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki empati dan semangat kebangsaan,” tutup Arafat.