Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendukung keberhasilan program deradikalisasi. Pendekatan kekeluargaan dan dukungan moral diyakini mampu mempercepat proses reintegrasi sosial para mitra deradikalisasi agar kembali menjadi bagian produktif masyarakat.
Direktur Deradikalisasi BNPT, Brigjen Pol. Iwan Ristiyanto, menjelaskan bahwa upaya deradikalisasi tidak cukup hanya melalui pendekatan struktural dan kelembagaan. Keterlibatan keluarga menjadi kunci utama dalam membangun kembali semangat hidup dan mengikis trauma masa lalu.
“Deradikalisasi tidak hanya berhasil melalui pendekatan formal. Keluarga adalah benteng kasih sayang yang mampu mendorong keberhasilan reintegrasi sosial,” ujarnya dalam kegiatan Pelibatan Keluarga dalam rangka Penguatan Program Deradikalisasi di Balai Latihan Kerja (BLK) Kantor Pusat BNPT, Selasa (30/9/2025).
Menurut Iwan, dukungan moral, spiritual, dan psikologis dari keluarga dapat menjadi penyemangat bagi mitra deradikalisasi dalam mengikuti proses pembinaan. Ia menggambarkan perjalanan deradikalisasi dengan filosofi: “Buku itu kembali putih, mari kita tulis dengan tinta emas untuk masa depan”. Filosofi ini mengandung pesan bahwa setiap orang berhak memiliki kesempatan baru untuk menulis ulang hidupnya dengan kebaikan.
“Keluarga adalah komunitas pertama dan terakhir bagi setiap individu untuk memaknai kehidupan. Karena itu, kebersamaan, cinta kasih, saling memahami, dan menumbuhkan harapan baru harus menjadi pondasi dalam mendukung proses pembinaan,” tambahnya.
Sejalan dengan itu, Kepala Lapas Khusus Kelas II B Sentul, Iswandi, menegaskan komitmennya untuk terus bersinergi dengan BNPT. Menurutnya, pembinaan terhadap pelaku terorisme membutuhkan pendekatan khusus yang menyentuh aspek keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan.
“Kami akan selalu bekerja sama dengan BNPT, karena program pembinaan terhadap mitra deradikalisasi membutuhkan perhatian ekstra dan strategi yang tepat,” ungkapnya.
Program ini diyakini dapat mengurangi risiko pengulangan tindak pidana terorisme sekaligus memulihkan para mitra menjadi anggota masyarakat yang lebih stabil, berdaya, dan siap berkontribusi untuk bangsa.
Acara yang mengusung tema “Keluarga Penuh Cinta, untuk Indonesia Tercinta” ini turut diisi dengan pembinaan keagamaan, konseling keluarga, serta penyuluhan ketahanan keluarga. Seluruh rangkaian kegiatan menekankan bahwa menjaga NKRI dari ancaman radikalisme bukan hanya tugas aparat, tetapi juga tanggung jawab keluarga sebagai benteng pertama dan terakhir dalam membangun generasi cinta damai dan cinta tanah air.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!