BNPT dan FKPT Sulbar Libatkan Tokoh Lintas Sektor dalam Pemetaan Risiko Terorisme

BNPT dan FKPT Sulbar Libatkan Tokoh Lintas Sektor dalam Pemetaan Risiko Terorisme

Mamuju – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat melaksanakan Survei Indeks Risiko Terorisme (IRT) 2025. Survei ini digelar untuk memetakan potensi kerawanan daerah terhadap paham radikal, sekaligus menjadi dasar perumusan program pencegahan yang lebih tepat sasaran.

Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian FKPT Sulbar, Dr. Sulaeman Teddu, menjelaskan bahwa survei IRT memiliki tiga tujuan utama. Pertama, sebagai acuan penyusunan program FKPT di berbagai daerah. Kedua, untuk memetakan potensi suatu wilayah dalam menjadi “penyumbang” pelaku terorisme. Ketiga, mengukur sejauh mana sebuah daerah berisiko menjadi sasaran aksi teror.

“Survei ini bukan hanya soal angka, tapi upaya menyusun peta risiko yang lebih komprehensif. Hasilnya nanti akan menjadi acuan program pencegahan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten,” ujar Sulaeman dalam wawancara dengan RRI Mamuju, Senin (29/9/2025).

IRT 2025 menggunakan dua instrumen kuesioner, yakni supply target dan supply pelaku. Pelaksanaannya difokuskan di tiga kabupaten: Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasangkayu.

Selain instrumen kuesioner, survei ini juga melibatkan wawancara mendalam dengan 10 tokoh lintas sektor, meliputi unsur pemerintah daerah, aparat keamanan, organisasi keagamaan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), organisasi masyarakat seperti NU dan Muhammadiyah, Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tokoh pers setempat.

“Kami ingin memastikan bahwa data yang diperoleh bukan hanya dari kertas survei, tetapi juga dari pandangan praktis para pemangku kepentingan yang berhadapan langsung dengan isu-isu sosial di masyarakat,” jelas Sulaeman. BNPT dan FKPT Sulbar berharap hasil survei ini dapat memperkuat strategi deradikalisasi dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi berkembangnya paham radikal dan tindak pidana terorisme. Dengan pemetaan risiko yang lebih akurat, program pencegahan diharapkan bisa dijalankan secara lebih efektif, adaptif, dan sesuai dengan karakteristik lokal.