Yogyakarta – Di tengah derasnya arus pergeseran geopolitik dunia, pertemuan antara Anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) dengan Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X menghadirkan pesan mendalam tentang pentingnya kembali ke akar nilai kebangsaan. Bukan sekadar menjaga persatuan secara formal, tetapi merawat keberagaman sebagai rahmat sekaligus kekuatan bangsa.
Dalam pertemuan hampir empat jam di kediaman pribadi Kraton Yogyakarta, Sri Sultan menekankan bahwa bangsa Indonesia hanya bisa besar jika mampu menjadikan perbedaan sebagai kekuatan. Bagi Bamsoet, pesan itu sangat relevan di tengah meningkatnya polarisasi politik dan krisis identitas bangsa.
“Kalau persatuan rapuh dan keberagaman tidak terkelola, maka Indonesia akan kehilangan arah. Bangsa ini tidak dibangun hanya dengan angka pertumbuhan, tetapi dengan roh kemanusiaan dan nilai Pancasila,” tegas Bamsoet.
Ia juga menyoroti bahaya polarisasi politik pasca-Pemilu 2024 yang makin tajam, hingga munculnya gerakan mahasiswa seperti Dark Indonesia. Menurutnya, kritik publik harus dijawab dengan dialog, bukan represi, agar persatuan bangsa tetap utuh.
Lebih jauh, Bamsoet menekankan urgensi menghidupkan semangat Bhinneka Tunggal Ika secara nyata, bukan sekadar jargon. Pendidikan Pancasila di sekolah harus diimplementasikan dalam bentuk pengalaman lintas budaya, kerja sosial, dan pertukaran pelajar yang melatih generasi muda memahami arti kebersamaan.
“Keberagaman bukan slogan, persatuan bukan jargon. Nilai kemanusiaan harus hadir dalam setiap kebijakan publik. Kalau pembangunan mengabaikan etika, maka kita hanya mewariskan ketimpangan dan kerusakan lingkungan bagi anak cucu kita,” ujar Bamsoet.
Ia juga mengapresiasi gerakan anak muda yang aktif dalam isu iklim, energi terbarukan, dan pelestarian lingkungan. Sebab, menurutnya, membangun peradaban tanpa nilai kemanusiaan sama saja dengan menanam bom waktu bagi generasi mendatang.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!