Jakarta – Pancasila sebagai anugerah Tuhan dan dasar persatuan bangsa harus terus ditanamkan kepada generasi muda dengan cara yang relevan di era digital. Hal itu disampaikan CEO Alvara Institute, Hassanuddin Ali, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum bersama Badan Legislasi DPR RI terkait RUU Pembinaan Ideologi Pancasila di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (18/9/2025).
Menurut Hassanuddin, mayoritas penduduk Indonesia saat ini berasal dari generasi milenial dan Gen Z yang mencapai 53 persen dari total populasi. Karakteristik mereka berbeda dari generasi sebelumnya, sehingga pembinaan ideologi Pancasila tidak bisa lagi menggunakan metode konvensional.
“Generasi muda adalah anak kandung internet. Mereka terbiasa mengonsumsi konten digital dan visual, sehingga pesan-pesan kebangsaan harus dikemas dengan cara yang menarik, sederhana, dan mudah dipahami,” jelasnya.
Ia mencontohkan tren budaya populer seperti K-pop yang dengan cepat menyedot perhatian anak muda. Menurutnya, negara harus mampu mengomunikasikan nilai Pancasila dengan cara yang sama menariknya, misalnya lewat platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube yang lebih relevan bagi mereka dibandingkan media lama.
Selain itu, Hassanuddin juga mengusulkan adanya survei tahunan untuk mengukur sejauh mana internalisasi Pancasila di masyarakat, serta memperkuat literasi dan kontra-narasi digital di tengah derasnya perdebatan ideologi di media sosial.
Rapat Baleg DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Sturman Panjaitan itu turut menghadirkan Ahmad Basarah dan Kepala Badan Keahlian DPR, Prof. Bayu Dwi Anggono, yang memberi masukan dari sisi filosofis, sosiologis, dan yuridis.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!