Jakarta – Gelombang kekerasan kembali mengguncang Niger barat. Sedikitnya 20 tentara dilaporkan tewas dalam serangkaian serangan yang dilancarkan kelompok bersenjata pada Rabu (10/9) di wilayah Tillabéri, kawasan yang berbatasan langsung dengan Burkina Faso dan Mali.
Wilayah ini sejak lama dikenal sebagai salah satu titik rawan, tempat jaringan militan yang berafiliasi dengan Al-Qaeda maupun kelompok Negara Islam (ISIS) kerap melancarkan aksi.
Seorang mantan pejabat setempat mengatakan bahwa para penyerang menargetkan posisi militer di sekitar kota Tillabéri.
“Sebanyak 20 tentara tewas oleh teroris dalam dua insiden terpisah,” ungkapnya kepada AFP, Jumat (12/9).
Laporan lain dari jaringan jurnalis keamanan Sahel, Wamaps, menyebutkan bahwa kelompok bersenjata tersebut menyerang markas militer Niger di dekat bandara Tillabéri. Serangan itu menewaskan sedikitnya 12 prajurit Angkatan Bersenjata Niger.
Tidak berhenti di situ, dua serangan lain juga mengguncang kawasan Digga Banda, tak jauh dari sebuah sekolah. Sedikitnya dua warga sipil menjadi korban jiwa, sementara 15 anggota Garda Nasional dilaporkan tewas ketika berupaya menahan serangan.
Koalisi masyarakat sipil G25, yang dekat dengan mantan pemimpin Niger sebelum kudeta 2023, mengecam aksi tersebut. Mereka menuding cabang regional ISIS sebagai dalang utama di balik rangkaian penyerangan.
“Serangan teroris di Tillabéri ini telah merenggut nyawa 12 tentara dan 15 anggota Garda Nasional,” tulis pernyataan resmi G25.
Sementara itu, lembaga internasional Human Rights Watch (HRW) mendesak pemerintah Niger memperkuat perlindungan bagi warga sipil. HRW menegaskan bahwa Tillabéri terus menjadi sasaran serangan mematikan sejak Maret lalu, sehingga warga setempat hidup dalam bayang-bayang ancaman teror yang tak kunjung reda.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!