Bandar Lampung – NII Crisis Center berencana akan menggelar roadshow anti-radikalisme ke sekolah, kampus, serta organisasi kemasyarakatan dan keagamaan. Program ini ditujukan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyebaran paham ekstrem yang kini marak lewat media sosial.
“Ancaman radikalisme kini ada dalam genggaman. Melalui gadget, paham ekstrem bisa menyusup tanpa disadari. Karena itu masyarakat perlu lebih waspada,” ujar Ken Setiawan, dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025).
Ken menilai minimnya sosialisasi pencegahan akibat efisiensi anggaran pemerintah berpotensi mempercepat penyebaran ideologi radikal sekaligus meningkatkan risiko konflik sosial. “Tanpa intervensi yang serius, radikalisme akan semakin mudah menyebar, terutama melalui media sosial,” tegasnya.
Menurut Ken, radikalisme kerap muncul dari kekecewaan mendalam terhadap situasi sosial-politik, seperti ketidakadilan, kemiskinan, rendahnya pendidikan, hingga ketidakpuasan terhadap pemerintah. Faktor lain yang memperparah adalah pemahaman agama yang keliru karena dipelajari dari sumber yang salah.
Ia menjelaskan, pola gerakan kelompok radikal saat ini lebih tersembunyi dibanding masa lalu. Jika dulu tampak mencolok, kini mereka justru membaur dengan masyarakat. “Inilah yang membuat mereka semakin sulit dideteksi,” jelasnya.
Ken juga menyoroti peran besar platform digital seperti TikTok, WhatsApp, Telegram, Facebook, dan Instagram sebagai medium utama kelompok radikal. “Masyarakat sering tidak kritis. Begitu menerima informasi, langsung dibagikan tanpa disaring. Akhirnya, mereka bukan hanya korban hoaks, tapi juga ikut menyebarkannya. Mirisnya, yang terpapar kini bukan hanya orang dewasa, tapi juga remaja, pelajar, bahkan anak-anak SMP,” ungkapnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!