Yogyakarta – Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Kepresidenan Yogyakarta tahun ini hadir dengan nuansa berbeda. Jika biasanya upacara dimulai pukul 08.00 WIB, kali ini prosesi baru dimulai pukul 10.00 WIB. Perubahan jadwal tersebut dimaksudkan untuk menyelaraskan momen sakral detik-detik Proklamasi yang dibacakan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 silam.
Suasana upacara terasa kian khidmat. Sirene panjang menggema mengiringi detik-detik Proklamasi, sebelum bendera Merah Putih dikibarkan oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Bertempat di halaman Istana Kepresidenan Yogyakarta, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bertindak sebagai inspektur upacara, didampingi Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X, jajaran Forkopimda, pejabat Pemda DIY, TNI-Polri, ASN, pelajar, serta tamu undangan.
Dalam amanatnya, Sri Sultan menekankan bahwa Pancasila harus menjadi kompas bangsa dalam menavigasi perjuangan dan pembangunan di tengah derasnya arus perubahan global.
“Delapan dasawarsa lalu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hendaknya kita senantiasa bersyukur atas rahmat kemerdekaan yang telah dilimpahkan kepada bangsa ini,” tutur Sri Sultan dikutip dari laman rri.co.id.
Sri Sultan juga mengingatkan kembali peran penting Yogyakarta pada periode 1945–1949, ketika kota ini menjadi pusat perjuangan bangsa. Semangat kebersamaan dan kerja kolektif kala itu, menurutnya, merupakan pengejawantahan filosofi Manunggaling Kawula-Gusti.
“Perjuangan para pemimpin bukan hanya untuk Yogyakarta, tetapi dari Jogja untuk Indonesia,” tegasnya.
Ia menambahkan, tantangan yang dihadapi generasi kini berbeda dengan era revolusi. Jika dahulu perjuangan dilakukan dengan senjata, maka saat ini bangsa harus berhadapan dengan percepatan teknologi, disrupsi global, serta perubahan sosial yang semakin kompleks.
Mengaitkan dengan tema kemerdekaan tahun ini “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, Sri Sultan memaknainya sebagai wujud nyata nilai-nilai Pancasila. Nilai tersebut, katanya, harus digelorakan sebagai obor penerang jalan menuju peradaban bangsa yang bermartabat.
“Dengan pandangan reflektif itu, mari kita bangun persatuan dan kesatuan bangsa, menandai peringatan Proklamasi ke-80 ini dengan penuh rasa syukur. Dirgahayu Republik Indonesia. Sekali merdeka, tetap merdeka!” pungkasnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!