Festival Golo Koe 2025: Labuan Bajo Rayakan Kebudayaan, Toleransi, dan Ekonomi Kreatif

Labuan Bajo – Festival Golo Koe kembali meramaikan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada 10–15 Agustus 2025. Diselenggarakan oleh Keuskupan Labuan Bajo, festival ini menghadirkan umat dari berbagai daerah dan agama, serta melibatkan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari komunitas Katolik maupun Muslim.

Wakil Bupati Manggarai Barat, Yulianus Weng, menegaskan bahwa Festival Golo Koe bukan sekadar perayaan budaya, melainkan ruang perjumpaan spiritual, sosial, dan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat. 

“Festival ini adalah wajah keramahan, kekayaan budaya, dan potensi wisata kita. Momentum ini harus kita manfaatkan untuk memajukan ekonomi kreatif sekaligus mempererat persaudaraan,” ujarnya Yulianus dikutip dari kompas.id, Senin (11/8/2025).

Ia menekankan pentingnya menjaga semangat kebersamaan dalam keberagaman, mengelola pariwisata secara bijak, serta melibatkan seluruh pihak sebagai fondasi pembangunan Manggarai Barat. “Kita ingin festival ini menjadi cerminan toleransi, di mana umat dari berbagai agama, suku, dan budaya dapat bergandengan tangan, bekerja sama, dan saling menghormati. Nilai luhur ini harus diwariskan kepada generasi muda,” tegasnya.

Festival Golo Koe 2025 diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian lokal, khususnya untuk pelaku UMKM, perajin, petani, nelayan, dan seniman. Sekretaris Daerah Manggarai Barat sekaligus Ketua Pelaksana, Fransiskus S Sodo, menjelaskan bahwa selama lima hari kegiatan, kawasan Waterfront Marina Labuan Bajo akan dipenuhi atraksi budaya dan pameran UMKM.

“Pentas seni dan budaya akan berlangsung di panggung terbuka Waterfront City pada 10–13 Agustus pukul 19.00–22.00 Wita, dan malam penutupan pada 15 Agustus akan menghadirkan artis jebolan Indonesian Idol asal Atambua, Piche Kota,” ungkapnya.

Fransiskus mencatat adanya lonjakan peserta pameran UMKM, dari 140 pelaku pada 2024 menjadi 170 pada tahun ini, dengan sekitar 70 persen bergerak di bidang kuliner. Peserta tak hanya berasal dari Labuan Bajo, tetapi juga dari Maumere dan Lembata.

Tahun ini, festival juga memperluas prosesi lintas paroki dari delapan paroki pada 2024 menjadi seluruh 26 paroki di Keuskupan Labuan Bajo. “Antusiasme umat di setiap paroki dan stasi sangat luar biasa,” katanya.

Puncak kemeriahan lain akan hadir pada 13 Agustus dengan karnaval budaya sepanjang lima kilometer, dari halaman Dinas Cipta Karya di depan RS Siloam hingga Waterfront City. “Karnaval ini melibatkan lebih banyak komunitas dan lembaga dari Manggarai Barat dan Keuskupan Labuan Bajo,” tutup Fransiskus. (