Tarakan – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara (Kaltara) terus memperkuat langkah strategis untuk menekan penyebaran paham radikalisme, terutama di ranah media sosial yang kini menjadi ladang subur bagi konten ekstrem.
Ketua FKPT Kaltara, Datu Iskandar Zulkarnaen, menyampaikan bahwa pihaknya menggencarkan sinergi lintas sektor sebagai benteng sosial menghadapi arus konten radikal yang terus bermunculan secara masif di platform digital.
“FKPT menggandeng lima unsur strategis dalam pencegahan radikalisme, yaitu pemerintah, dunia usaha, kalangan akademisi dan pelajar, kelompok masyarakat seperti tokoh agama dan ormas, serta media massa,” ungkap Datu saat ditemui, Kamis (31/7), dikutip dari laman radartarakan.com.
Salah satu langkah konkret adalah menggelar pelatihan pembuatan konten kontra narasi bagi pelajar dan masyarakat umum. Pelatihan ini bertujuan membekali mereka dengan kemampuan menyebarkan pesan damai dan toleran sebagai tandingan terhadap narasi radikal yang mendominasi dunia maya.
“Di media sosial, kita kebanjiran konten radikal. Narasi damai masih kalah jumlah. Karena itu, kami dorong pelajar dan masyarakat aktif membuat dan menyebarkan konten penyeimbang,” ujarnya.
Datu menambahkan, salah satu bentuk konten radikal yang paling banyak ditemui adalah yang berisi pesan intoleransi. Menurutnya, intoleransi adalah pintu awal menuju radikalisasi jika tidak segera ditangkal.
“Konten yang intoleran sangat banyak, tapi narasi yang membantah atau menyanggah intoleransi masih minim. Padahal dari situlah benih radikalisme tumbuh,” tegasnya.
FKPT Kaltara juga terus mendorong penyebaran ajaran Islam yang damai dan utuh sebagai bagian dari kontra narasi terhadap penyimpangan tafsir keagamaan yang sering dipelintir kelompok ekstrem.
Karena itu, peran tokoh agama dinilai sangat strategis dalam menyampaikan pemahaman keagamaan yang lurus dan mencerdaskan masyarakat.
Namun, tantangan tak kecil harus dihadapi. Salah satunya adalah sulitnya melacak identitas penyebar konten radikal karena sering kali menggunakan akun anonim dan berasal dari luar daerah.
“Kadang kami tidak tahu siapa dan dari mana pelaku penyebar konten. Banyak yang menggunakan akun anonim, jadi sulit dipetakan apakah dari Kaltara atau daerah lain,” katanya.
Menghadapi kompleksitas ini, Datu menekankan bahwa peran aktif masyarakat dan media massa menjadi sangat penting sebagai garda terdepan dalam membendung paham radikal di ruang digital.
“Kami berharap masyarakat dan media bisa mengambil peran aktif untuk menyuarakan nilai-nilai toleransi, keberagaman, serta menangkal narasi-narasi ekstrem yang beredar di dunia maya,” pungkasnya.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!