Tulungagung — Festival Budaya Spiritual (FBS) 2025 yang digelar di Tulungagung selama empat hari penuh dari 10 hingga 13 Juli berhasil menyita perhatian publik dan memukau Kementerian Kebudayaan. Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, bahkan menyebut Tulungagung layak dijadikan sebagai lumbung kebudayaan di Jawa Timur.
“Cagar budayanya lengkap, ekspresi kebudayaannya hidup. Itulah sebabnya kami memilih Tulungagung sebagai tuan rumah FBS. Daerah ini benar-benar representasi kekayaan budaya Jawa Timur,” ujar Giring saat menghadiri hari terakhir festival, Minggu (13/7/2025).
Festival ini menampilkan berbagai ekspresi budaya lokal mulai dari pertunjukan wayang kulit yang digelar hingga dini hari, upacara adat seperti ruwatan sukerta dan jamasan pusaka Kiai Upas, hingga pameran pembuatan keris secara langsung. Tak ketinggalan pula pentas jaranan, dolanan tradisional, paduan produk UMKM, dan sarasehan budaya yang melibatkan budayawan, penghayat kepercayaan (MLKI), hingga seniman muda.
Dalam kunjungannya, Giring terlihat antusias menyaksikan pertunjukan Reog Kendang khas Tulungagung dan mencoba secara langsung permainan tradisional entik serta proses penempaan keris. Menurutnya, kekayaan budaya Tulungagung tidak hanya terletak pada pertunjukannya, tetapi juga pada semangat dan identitas yang dijaga masyarakat.
“Lihat saja pakaian adat yang dikenakan tokoh-tokoh lokal. Lurik Rowo yang dikenakan Ketua DPRD misalnya, itu simbol budaya yang kuat dan khas dari daerah ini,” tambahnya.
Di tengah gelaran festival, Giring juga menampung aspirasi dari para pelaku budaya yang mengusulkan dibangunnya culture hub—pusat kegiatan budaya yang bisa menjadi rumah kreatif bagi para seniman lintas disiplin, seperti musisi, penari, pelukis, dalang, dan lainnya.
“Pak Bupati, kami titip agar culture hub ini bisa terwujud. Hari ini pendapa kabupaten sudah terasa seperti ruang budaya, kenapa tidak kita buat yang permanen?” ujarnya.
Lebih lanjut, Giring menyatakan bahwa kemajuan kebudayaan kini menjadi komitmen penuh pemerintah pusat. Ia menekankan, untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia berdiri selama 79 tahun, ada satu kementerian khusus yang bekerja sepenuhnya untuk kebudayaan.
“Kini ada kementerian yang bekerja 24 jam hanya untuk kebudayaan. Dari empu keris, penari tradisional, hingga sineas muda—semua dipikirkan. Ini adalah bentuk nyata keberpihakan pemerintah,” tegasnya. Ia pun berharap FBS di Tulungagung bisa terus dilanjutkan di tahun-tahun mendatang dengan skala yang lebih luas dan partisipasi yang lebih banyak, menjadikan Tulungagung bukan hanya panggung budaya lokal, tapi juga nasional.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!