Bogor Menyapa Indonesia: Tiap Pukul 10, Indonesia Raya dan Pancasila Bergema

Bogor — Tepat pukul 10.00 WIB, hentakan nada-nada kebangsaan menggema dari kantor pemerintahan, sekolah, hingga ruang-ruang kerja swasta di Kabupaten Bogor. Lagu Indonesia Raya satu stanza berkumandang, disusul pembacaan naskah Pancasila. Bukan seremoni satu hari. Bukan pula acara khusus memperingati hari besar. Ini akan jadi ritual harian, pengingat identitas bangsa, dan peneguh semangat kebangsaan di tengah denyut kehidupan modern.

Kebijakan ini bukan hanya simbolis. Ini adalah wujud nyata keseriusan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam menanamkan nasionalisme secara kolektif dan konsisten. Surat Edaran Bupati Bogor Rudy Susmanto, tertuang dalam Nomor: 200.1.2.3/735-Bakesbangpol, secara resmi mewajibkan seluruh instansi pemerintah, lembaga pendidikan, dan kantor swasta untuk memutar Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan membacakan Pancasila setiap hari, tepat pukul 10.00 WIB.

“Kegiatan ini bukan sekadar seremoni. Ini adalah gerakan membangun karakter bangsa—berjiwa patriotik, menjunjung tinggi persatuan, dan meneguhkan semangat gotong royong,” tegas Bupati Rudy dalam keterangannya.

Setiap pemutaran diawali dengan aba-aba 20 detik sebelumnya. Saat lagu dan Pancasila dikumandangkan, semua aktivitas dihentikan, kecuali kegiatan yang jika ditunda bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Seluruh orang di ruangan atau area terbuka diwajibkan berdiri tegak dalam sikap sempurna, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Lagu Kebangsaan dan Lambang Negara.

Langkah ini juga merupakan tindak lanjut dari Surat Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Nomor B-32/KSN/S/TU.00/01/2025, yang mendorong pentingnya membangun kedekatan emosional masyarakat terhadap simbol-simbol negara.

Untuk memastikan pelaksanaan berjalan menyeluruh, Kepala Dinas Pendidikan, Kementerian Agama Kabupaten Bogor, dan KCD Wilayah I Jawa Barat diminta segera menyosialisasikan aturan ini ke sekolah-sekolah dan kampus.

Di tingkat lokal, para camat diberi mandat mengawasi pelaksanaan di kantor desa, kelurahan, badan usaha, dan lembaga swasta. Bupati Rudy menekankan pentingnya peran semua pihak agar gerakan ini menjadi budaya, bukan sekadar kewajiban administratif.

“Mari jadikan momen ini kebiasaan yang memperkuat rasa kebangsaan. Nilai-nilai Indonesia Raya dan Pancasila harus hidup dalam keseharian kita,” tandasnya.

Di era digital yang serba cepat dan individualistik, suara lagu kebangsaan dan lantunan sila-sila Pancasila yang bergema serempak tiap pagi menjelma sebagai rem sederhana namun penuh makna: bahwa kita adalah satu bangsa. Bahwa di tengah perbedaan, kita punya dasar yang sama.

Kabupaten Bogor sedang mencoba hal sederhana—namun dampaknya bisa meluas. Bila berhasil menjadi budaya yang konsisten, bukan tidak mungkin, dari satu kabupaten ini akan tumbuh kembali api nasionalisme yang selama ini hanya dijaga dalam pidato-pidato dan upacara.