Sinau Pancasila di Sleman: Menjaga Indonesia dari Desa, Mencegah Radikalisme lewat Ketahanan Nilai

Sleman – Suasana Balai Kalurahan Sumberrejo, Tempel, Sleman, Jumat (20/6/2025), tampak berbeda.
Warga berkumpul dalam suasana serius tapi hangat untuk mengikuti kegiatan Sinau Pancasila dan
Wawasan Kebangsaan yang bertujuan memperkuat nilai-nilai kebangsaan sekaligus mencegah
penyebaran paham radikal di tengah masyarakat.
Kegiatan ini merupakan implementasi nyata dari Peraturan Daerah Istimewa (Perdais) DIY Nomor 1
Tahun 2022 tentang Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan. Dengan menggandeng berbagai
narasumber strategis, acara ini menjadi momentum penting membumikan semangat bela negara dari
akar rumput.
Anggota DPRD DIY, Arif Kurniawan, yang hadir sebagai narasumber, menekankan pentingnya
menanamkan nilai kebangsaan di tengah masyarakat yang kini dihadapkan pada tantangan
zaman—dari derasnya informasi digital hingga potensi polarisasi sosial.
“Bela negara dan cinta tanah air tidak cukup hanya dalam slogan. Harus diterapkan dalam perilaku
sehari-hari. Waspada terhadap konten-konten yang menyimpang di media sosial itu bagian dari bela
negara,” ujarnya.
Acara ini turut menghadirkan tokoh-tokoh dari lembaga penting yang selama ini terlibat langsung
dalam upaya menjaga ideologi bangsa, antara lain: Dr. Achmad Dhani Suwardhani, S.T., M.Si. –
Lemhannas, Kolonel Inf. Yudi Rambe, S.T., M.S. – Korem 072/Pamungkas, Dewo Isnu Broto Imam
Santoso, S.H. – FKPT DIY. Para narasumber membahas pentingnya nilai-nilai dasar bangsa seperti
toleransi, gotong royong, kejujuran, musyawarah, dan kepedulian sosial, sebagai fondasi ketahanan
masyarakat terhadap berbagai bentuk infiltrasi ideologis.
“Pancasila bukan sekadar simbol atau teks di dinding sekolah. Ia harus menjadi pedoman hidup dalam
bermasyarakat. Kalau tidak, masyarakat bisa gampang terpengaruh oleh ideologi lain yang
bertentangan dengan semangat kebangsaan,” tegas salah satu pembicara.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga wahana edukatif bagi warga desa untuk
lebih peka terhadap ancaman radikalisme dan intoleransi yang bisa masuk melalui berbagai saluran,
termasuk dunia digital.
Dengan pendekatan langsung kepada masyarakat akar rumput, acara ini menegaskan kembali bahwa
ketahanan nasional dimulai dari desa, dari pertemuan warga, dari sinau bareng seperti yang digelar di
Sumberrejo.