Kampus Dinilai Rawan Penyebaran Radikalisme, Wagub Jateng Dorong Deradikalisasi di Lingkungan Akademik

Semarang – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin),
menilai lingkungan kampus sebagai salah satu ruang yang rentan
dimanfaatkan untuk penyebaran paham radikal. Hal itu disampaikannya
saat menjadi keynote speaker dalam Seminar Kebangsaan: Menghadapi
Tantangan Radikalisasi dalam Mempertahankan Ideologi Negara, yang
digelar di Auditorium FIMENA FISIP Universitas Diponegoro (Undip),
Sabtu (14/6/2025).

Menurut Gus Yasin, posisi strategis Jawa Tengah sebagai “Center of
Gravity” sejak sebelum kemerdekaan menjadikannya pusat dinamika
ideologi, politik, hingga pertahanan keamanan. Namun, posisi ini juga
menarik perhatian kelompok radikal yang ingin menggoyahkan tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Radikalisme kerap menyusup ke ruang-ruang strategis, dan kampus
menjadi salah satu target utama karena di sanalah ragam pemikiran
bertemu,” ujar Yasin.

Ia juga mengungkapkan, hingga Januari 2025, ada 351 individu yang
menjadi mitra program deradikalisasi di Jawa Tengah. Mereka tersebar
di beberapa wilayah karesidenan, dengan jumlah terbanyak berasal dari
Surakarta sebanyak 191 orang.

Usai menyampaikan materi, Gus Yasin menyampaikan apresiasinya terhadap
Undip yang menginisiasi ruang dialog terbuka tentang radikalisme. Ia
menyebut, kegiatan seperti ini penting untuk mendorong kesadaran
kolektif dan perlawanan terhadap infiltrasi ideologi ekstrem di
kalangan generasi muda.

“Deradikalisasi harus terus digalakkan. Saya senang sekali bisa hadir
mewakili Pak Gubernur, karena kampus memang menjadi ruang yang sangat
seksi bagi penyebaran paham radikal oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab,” tegasnya.

Rektor Undip, Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., turut menekankan
pentingnya keterbukaan berpikir di kampus. Menurutnya, kampus adalah
etalase pemikiran yang ideal untuk menguji berbagai perspektif secara
ilmiah dalam bingkai kebangsaan.

“Kami tidak melarang berpikir kritis bahkan radikal dalam arti
positif. Tapi harus disampaikan secara terbuka dan sehat, agar
mahasiswa mendapatkan pemahaman utuh dan seimbang tentang ideologi
bangsa,” jelas Suharnomo.

Seminar ini turut menghadirkan sejumlah narasumber seperti Kepala
Densus 88 AT Polri Irjen Pol. Sentot Prasetyo, Kasubdit Kontra
Ideologi Densus 88 KBP Moh. Dofir, Pemerhati HTI Dr. Rida Hesti
Ratnasari, serta Dosen Hubungan Internasional Undip Nadia Farabi.