Dukung Program Deradikalisasi BNPT, Lapas Besi Gelar Pengajian Kitab untuk Napiter

Nusakambangan – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Besi di Nusakambangan
terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung program deradikalisasi
nasional. Bersinergi dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), Lapas Besi menyelenggarakan kegiatan pengajian kitab rutin
yang melibatkan seluruh narapidana tindak pidana terorisme (napiter)
yang berada di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut.

Kegiatan ini merupakan bagian integral dari pendekatan non-kekerasan
atau soft approach dalam upaya membina dan merehabilitasi narapidana
terorisme. Melalui kerja sama lintas lembaga, termasuk Kementerian
Agama (Kemenag) dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, program ini
dirancang untuk membuka ruang dialog keagamaan yang sehat dan
mencerahkan bagi para napiter.

Dalam suasana pengajian yang berjalan dengan penuh kekhusyukan, para
peserta diajak untuk mendalami berbagai kitab keislaman yang
mengedepankan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin, seperti kasih sayang,
toleransi, dan hidup damai dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Narasumber berasal dari Kementerian Agama yang telah
dibekali dengan pendekatan khusus untuk mendampingi proses pemulihan
ideologi ini.

Kepala Lapas Besi, Teguh Suroso, menyampaikan bahwa kegiatan ini
menjadi wujud nyata pembinaan yang tak hanya berfokus pada aspek
keamanan, tetapi juga pada pemulihan nilai-nilai keagamaan dan
kemanusiaan.

“Ini adalah bentuk sinergi yang penting antara Lapas, BNPT, dan
Kemenag dalam membentuk karakter baru bagi para narapidana, khususnya
napiter. Kami berharap mereka mendapatkan pemahaman agama yang lebih
moderat dan mampu meninggalkan pemikiran ekstrem yang pernah mereka
anut,” ujarnya dikutip dari Kompasiana.

Teguh menekankan pentingnya konsistensi dalam pelaksanaan kegiatan ini
agar para napiter bisa menjalani proses transformasi pemikiran secara
menyeluruh dan berkelanjutan.

Senada dengan hal tersebut, perwakilan BNPT menegaskan bahwa program
ini merupakan bagian dari strategi deradikalisasi yang menitikberatkan
pada pendekatan persuasif, bukan represif. Penguatan nilai-nilai
keagamaan yang moderat diyakini menjadi kunci dalam membangun kembali
kesadaran dan loyalitas para napiter terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara.

“Kami melihat kegiatan semacam ini sebagai bagian dari investasi
sosial jangka panjang dalam menciptakan keamanan yang berkelanjutan.
Proses ini memang tidak instan, namun dampaknya sangat berarti,”
ungkap perwakilan BNPT.

Menariknya, para napiter yang mengikuti pengajian menunjukkan
antusiasme tinggi. Mereka menyambut materi yang disampaikan dengan
terbuka dan aktif berdiskusi bersama para pendamping. Beberapa dari
mereka bahkan menyampaikan komitmennya untuk terus memperdalam
pemahaman agama yang lebih inklusif dan damai.

Melalui program seperti ini, pemerintah berharap proses reintegrasi
sosial para napiter ke masyarakat kelak bisa berjalan lebih baik,
serta menjadi contoh keberhasilan pendekatan lunak dalam menangani
radikalisme dan terorisme di Indonesia.