Batam – Sebanyak 39 Bhikkhu dari berbagai negara melangkah penuh tekad
dalam perjalanan spiritual Thudong melintasi empat negara: Thailand,
Malaysia, Singapura, dan kini Indonesia. Batam menjadi gerbang
pertama para Bhikkhu saat memasuki Tanah Air untuk menebarkan pesan
damai, cinta kasih, dan toleransi antaragama.
Tradisi Thudong bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga simbol
dedikasi, disiplin, dan spiritualitas mendalam dalam ajaran Buddha
Theravada. Kedatangan mereka di Batam pada Senin, 14 April 2025
disambut meriah oleh warga, pemerintah kota, dan tokoh lintas agama.
Berbagai organisasi keagamaan turut berpartisipasi dalam penyambutan
ini.
Abi Kho, Wakil Ketua Umum Panitia Bhikkhu Thudong 2025, menyatakan
momen ini penting bagi Indonesia, khususnya Batam, untuk menunjukkan
komitmen terhadap toleransi.
“Kegiatan ini mengusung tema toleransi untuk perdamaian dunia melalui
kunjungan ke tempat-tempat ibadah lintas agama,” ujar Abi.
Selama tiga hari (16–18 April 2025), para Bhikkhu akan mengunjungi
sejumlah rumah ibadah di Batam: Rabu, 16 April: Masjid Sultan Mahmud
Riayat Syah, Tanjung Uncang.
Kamis, 17 April: Gereja Katolik Kerahiman Ilahi Paroki (Tiban) dan
Pura Agung Amerta Bhuana. Jumat, 18 April: Penutupan dengan kunjungan
dan khotbah di Vihara Grha Buddha Manggala.
Meski tidak berjalan kaki selama di Batam, para Bhikkhu tetap aktif
mengikuti dialog antaragama dan kegiatan spiritual untuk memupuk
perdamaian.
Abi Kho menjelaskan, pemilihan Batam sebagai tuan rumah didasarkan
pada indeks toleransi beragama yang tinggi serta kehidupan harmonis
masyarakatnya.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Batam, adalah
representasi nyata toleransi antaragama,” tegasnya.
Setelah misi di Batam, para Bhikkhu akan melanjutkan perjalanan ke
Jakarta untuk bertemu Wakil Presiden RI dan Kementerian Agama, lalu
berjalan kaki menuju Candi Borobudur sebagai bagian dari rangkaian
spiritual.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kota Batam, Budi,
mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan ini. “Kami di Kepri
mendukung penuh. Batam adalah contoh nyata keberagaman dan
keharmonisan. Mari doakan perjalanan ini lancar hingga akhir,”
ujarnya.
Thudong merupakan tradisi kuno dalam Buddha Theravada yang menekankan
perjalanan panjang sebagai bentuk latihan disiplin diri, keteguhan
batin, dan penyebaran Dharma.
Dengan hanya membawa jubah, mangkuk sedekah, dan keyakinan spiritual,
para Bhikkhu menyatu dengan masyarakat, menyampaikan ajaran, serta
menjadi jembatan dialog lintas iman.
Perjalanan ini menjadi pengingat bahwa perdamaian harus diwujudkan
melalui tindakan nyata, seperti yang dilakukan para Bhikkhu Thudong:
melangkah dalam hening, membawa cahaya damai bagi semua.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!